GELORA.CO - Di tengah gulita malam, ketika langit diselimuti kegelapan, ada satu bintang yang tetap setia berada di tempatnya—Polaris, sang Bintang Utara. Selama berabad-abad, bintang ini menjadi penunjuk arah yang tak tergantikan bagi pelaut, penjelajah, bahkan para astronom.
Tidak seperti bintang lain yang seolah bergerak melintasi langit, Polaris hampir tidak bergeser dari posisinya, seakan menjadi poros langit malam. Lalu, apa rahasia di balik ketangguhan bintang ini sebagai pemandu navigasi?
Polaris, yang terletak di konstelasi Ursa Minor, bukanlah bintang paling terang di langit, tetapi ia memiliki keunikan yang tak dimiliki bintang lain: posisinya yang hampir tepat di atas kutub utara langit. Ini berarti, seiring rotasi Bumi, Polaris tetap stabil, sementara bintang-bintang lain berputar mengelilinginya.
Fenomena inilah yang membuatnya menjadi penanda arah utara yang sempurna. Sejak zaman kuno, para pelaut mengandalkan Polaris untuk menentukan posisi mereka di lautan luas, sementara suku-suku nomaden menggunakan bintang ini untuk menavigasi padang pasir atau tundra yang tak berujung.
Namun, keistimewaan Polaris tidak berhenti di situ. Bintang ini sebenarnya adalah sistem tiga bintang, dengan bintang utama (Polaris A) berukuran raksasa dan 2.500 kali lebih terang dari Matahari. Uniknya, meski dikenal stabil, posisi Polaris sebagai bintang kutub tidaklah permanen.
Karena fenomena presesi sumbu Bumi, poros planet kita perlahan bergeser dalam siklus 26.000 tahun. Artinya, 12.000 tahun yang lalu, bintang kutub bukanlah Polaris, melainkan Vega di konstelasi Lyra. Di masa depan, posisi ini akan kembali berganti.
Meski teknologi modern seperti GPS telah menggantikan peran navigasi bintang, Polaris tetap menjadi simbol ketepatan dan keteguhan. Para astronom masih mempelajarinya untuk memahami evolusi bintang, sementara para pecinta langit menjadikannya patokan untuk menemukan rasi bintang lain.
Polaris mengingatkan kita bahwa di tengah perubahan zaman, alam selalu menyediakan petunjuk bagi mereka yang mau melihat ke atas. Siapa sangka, sebuah titik cahaya kecil di langit bisa menjadi kunci penjelajahan manusia selama ribuan tahun?
Sumber: porosjakarta