Warga Tangerang 'Ngegas' di Depan Muka Bahlil: Anak Saya Lapar, Logika Jalan Dong Pak!

Warga Tangerang 'Ngegas' di Depan Muka Bahlil: Anak Saya Lapar, Logika Jalan Dong Pak!

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Warga Tangerang 'Ngegas' di Depan Muka Bahlil: Anak Saya Lapar, Logika Jalan Dong Pak!

GELORA.CO -
Dua jempol untuk Effendi, warga kelurahan Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, yang berani menyuarakan jeritan jutaan pengguna gas melon langsung di depan muka Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Momen ini terjadi ketika Bahlil meninjau langsung antrean di Permunas 1, Kota Tangerang, Selasa (4/2/2025).

Pria berkemeja abu-abu dan topi cokelat ini dengan gagah berani menerobos kerumunan untuk berbicara dengan Bahlil. Saat berdialog, suaranya bergetar menahan tangis karena begitu emosi dengan kebijakan penghapusan pengecer yang menyusahkan masyarakat.

"Bapak punya alat untuk bertindak bukan rakyat yang dikorbankan. Yang kedua kalau kami jadi sub pangkalan persyaratannya apa?" ucap dia berapi-api.

"Tidak ada persyaratan," jawab Bahlil sembari memegang tangan Effendi untuk menenangkannya yang terlihat begitu emosi.

Dia juga mempersoalkan ketentuan warga wajib menunjukkan KTP saat membeli gas di pangkalan. Effendi tidak setuju karena hal ini merupakan privasi.

Bahlil kembali mencoba menenangkan, dengan berdalih bahwa tujuan kebijakannya untuk menjaga kestabilan harga di kalangan konsumen. Dia juga menyuruh Effendi untuk kembali ke antrean agar bisa segera mendapatkan gas melon, lalu pulang ke rumah. "Bapak saya pikir yang penting bapak ambil dulu, antre. Kita layani, tidak ada kelangkaan. Oke ya Pak," kata Bahlil sembari menepuk halus punggung Effendi.

Jawaban Bahlil bukan bikin tenang, Effendi malah semakin emosi. Dia mengatakan, antrean ini justru menyusahkan dan membuat anaknya di rumah menangis kelaparan.

"Saya sekarang lagi masak, saya tinggal di rumah. Bukan antre gas-nya, anak kami lapar butuh makan, butuh kehidupan Pak! Logika jalan dong Pak!" ucap dia dengan suara bergetar.

Melihat respons ini, Bahlil jadi salah tingkah cuma bisa senyum-senyum kecut sembari tangannya terus menepuk pundak Effendi, berharap dia bisa meredakan emosinya. Beruntung para petugas di sekitar membantu melerai dan menarik Effendi pelan-pelan. "Sudah sudah, kita paham Pak," kata Bahlil.

Diketahui, Bahlil memaksa pengecer menjadi pangkalan elpiji. Belakangan karena gaduh dan mustahilnya pengecer menjadi pangkalan, Ketum Partai Golkar mewacanakan skema sub pangkalan. Lucunya, Bahlil tak bisa menjelaskan bagaimana skema perubahan pengecer menjadi sub pangkalan. Dia mengaku baru akan berdiskusi dengan PT Pertamina untuk membahas kebijakan serta aturan sub pangkalan.

"Saya nanti rapat dengan Pertamina habis ini langsung kita maraton. Kalau memang pengecer-pengecer yang sekarang sudah bagus-bagus, sudah kita kasih dulu izin sementara untuk kita naikkan sebagai sub pangkalan tanpa biaya, enggak usah pakai biaya-biaya," ujarnya, di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Rupanya kebijakan penghapusan pengecer dalam mata rantai distribusi elpiji 3 Kg, bukan kebijakan Presiden Prabowo. Berani betul Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengambil keputusan tanpa persetujuan presiden.

Kebijakan Bahlil ini telah membuat gaduh dan memakan korban jiwa. Oleh karena itu, presiden menginstruksikan agar penjualan gas kembali berjalan seperti semula di agen atau pengecer.

"Sebenarnya ini bukan kebijakan dari Presiden untuk kemudian melarang kemarin itu, tapi melihat situasi dan kondisi, tadi Presiden turun tangan untuk menginstruksikan agar para pengecer bisa berjalan kembali," tutur Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Ketua Harian DPP Partai Gerindra itu mengatakan, Kementerian ESDM diminta untuk memproses administrasi agar pengecer nantinya dijadikan sebagai sub-pangkalan supaya harga LPG yang akan dijual ke masyarakat tidak terlalu mahal.

"Jadi pengecer yang akan menjadi sub-pangkalan ini akan ditentukan juga harganya sehingga harga di masyarakat itu tidak mahal,"kata dia.

Langkah grasa-grusu ini bukan saja membuat kelangkaan dan antrean, tapi juga memakan korban jiwa. Yonih (62), warga Pamulang, Tangerang Selatan, meninggal dunia setelah mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.

Adik korban, Rohaya (51), bercerita, pada Senin pagi sang kakak masih beraktivitas seperti biasa, termasuk membuka warung dan menyiapkan lontong untuk berdagang. Rohaya mengatakan, Yonih berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIB dengan membawa dua tabung gas kosong.

Lansia perempuan itu berjalan kaki seorang diri untuk membeli gas elpiji di agen yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah.

Setelah mengantre selama kurang lebih satu jam, Yonih berhasil mendapat gas elpiji dan kembali ke rumah berjalan kaki. Namun, dalam perjalanan pulang, Yonih sempat duduk di dekat tempat laundry untuk beristirahat.

"Sesampai di rumah langsung pingsan. Dia sempat mengucapkan 'Allahu Akbar' dua kali, tapi setelah itu tidak merespons (pingsan)," kata Rohaya.

Keluarga langsung membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata. Tetapi, setibanya di rumah sakit, nyawa Yonih tidak tertolong. Rohaya menyebut, Yonih tidak memiliki riwayat penyakit serius dan selama ini dikenal sebagai sehat serta pekerja keras.

Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita