GELORA.CO - Viral goa di Tasikmalaya disebut-sebut jalan pintas ke Mekkah.
Tempat ini pun ramai didatangi warga.
Gua yang viral ini ada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Belakangan diketahui, gua tersebut merupakan salah satu lokasi wisata religi di Pamijahan.
Terlihat antrean masyarakat yang sedang ziarah di patilasan atau tempat bertapa salah satu wali Allah.
Yakni Syekh Abdul Muhyi, murid wali dari para wali, Syekh Abdul Qodir Djaelani.
Tempat ziarah yang memiliki sejarah Syiar Islam di Tasikmalaya tersebut adalah Gua Safawardi.
Lokasinya berada di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya.
Kasepuhan Pamijahan, Kiai Endang Adjidin, menjelaskan bahwa dulunya Gua Safawardi yang dikenal juga sebagai Gua Pamijahan, tempat berkumpulnya para wali di Tasikmalaya.
Saat itu, mereka sedang menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara dengan berbagai metode pendekatan masyarakat sesuai adat dan budayanya masing-masing.
Kemudian gua ini pun menjadi tempat penyebaran Islam di wilayah Tasikmalaya.
Di mana Syekh Abdul Muhyi beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Beliau (Syekh Abdul Muhyi) ditugaskan oleh gurunya untuk pergi ke daerah Jawa Barat, yakni Tasikmalaya, untuk mencari gua guna berkhalwat (beribadah khusu).
Sejarah juga mengatakan bahwa Gua Safawardi ini merupakan tempat berkhalwatnya Syekh Abdul Qodir Al Jaelani asal Arab," tutur Kiai Endang saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (10/2/2025).
Pada bagian gua tersebut, lanjut Endang, terdapat beberapa cabang jalan yang konon sebagai akses para wali menuju dan datang dari Banten, Cirebon, Surabaya, dan Kota Mekkah.
Soalnya, gua tersebut sering dijadikan para wali dengan masing-masing karomah yang diberikan Sang Pencipta, untuk berkumpul dan berkunjung di gua serta tempat lainnya.
Rupanya cerita jalan gua menuju ke Mekkah ini selalu menjadi daya tarik bagi para peziarah muslim untuk menyambangi salah satu tempat ibadah pada zaman itu.
Namun para penjaga gua memutuskan untuk menutup lorong yang bercerita tentang jalan ke Mekkah tersebut dengan teralis besi, guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
"Jadi sekarang saja ada media sosial yang menjadikannya viral. Kalau dari kalangan muslim yang berziarah ke sini, sudah sejak dulu cerita ini ada turun temurun," jelas Kiai Endang.
Di lokasi yang sama pun terdapat pada dinding gua beberapa lekukan mirip kopiah haji berbentuk lonjong bulat.
Apabila para peziarah memiliki bulatan kepala yang pas pada lekukan dinding tersebut, dipercaya akan segera naik haji ke Mekkah.
Masih pada gua tersebut, terdapat sumber air yang tak pernah surut meski dilanda musim kemarau panjang.
Air tersebut bisa langsung diminum dan dipakai untuk berwudu oleh para peziarah yang hendak salat di lokasi ziarah.
Masyarakat setempat meyakini, air tersebut laiknya air zam-zam di Mekkah yang tak pernah kering sejak zaman dulu.
"Air tersebut dulunya merupakan tempat para wali dan Syekh Abdul Muhyi untuk berwudu dan mengambil air untuk diminum."
"Alhamdulillah atas kehendak Allah, air itu tidak pernah surut meski dalam kondisi apapun. Airnya pun tetap jernih dan bersih," ujar dia.
Masih di dekat gua, berjarak sekitar 1 kilometer, tambah Endang, terdapat kompleks makam Syekh Abdul Muhyi dan para murid-muridnya.
Para pengunjung yang hendak ke gua tidak bisa langsung masuk saat datang dan diwajibkan berziarah terlebih dahulu ke makam Syekh Abdul Muhyi.
"Para pengunjung diwajibkan untuk mengumandangkan azan sebelum mengelilingi Gua."
"Setelah itu, barulah kuncen dan para pemandu membawa rombongan pengunjung untuk menelusuri area Gua Pamijahan. Jadi, sudah kebiasaannya seperti itu," kata dia.
Seorang peziarah, Uni Furqon (38), mengaku sepekan terakhir telah berkunjung ke wisata religi di Tasikmalaya tersebut.
Dirinya bersama keluarga dan rekan-rekannya pun sengaja berziarah ke tempat salah satu wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tasikmalaya dan sekitarnya.
"Kalau bagi saya, cerita pergi ke Mekkah lewat jalur gua ini mungkin bisa saja dilakukan oleh para wali, karena mereka memiliki hati yang bersih dan suci."
"Namun kalau untuk orang biasa seperti saya, mana mungkin. Tetapi saya hanya napak tilas peninggalan para wali," kata Uni.
Sumber: tribunnews