GELORA.CO - Pengungsi Irak sekaligus aktivis anti-Islam Salwan Momika, yang tewas ditembak orang tak dikenal pada 29 Januari lalu di Swedia, memicu kontroversi internasional dengan berbagai aksi pelecehan Alquran.
Pada Juni 2023, pria berusia 38 tahun yang punya masa lalu kelam itu memicu kemarahan ketika dia menginjak-injak kitab suci umat Islam dan membungkusnya dengan daging babi sebelum membakar beberapa halaman, lalu membanting dan menendangnya.
Dalam protesnya, Momika, yang sering mengenakan kacamata hitam itu tampak menantang di hadapan para pengunjuk rasa tandingan yang berteriak, menyeringai sebagai reaksi terhadap kata-kata kasar yang diteriakkan kepadanya.
Sambil memegang salinan Alquran, dalam aksi protesnya pada Juni 2023 tersebut, Momika mengatakan bahwa dia ingin mengingatkan masyarakat Swedia tentang 'bahaya buku ini'.
Sebelum pindah ke Swedia pada 2018, akun media sosialnya menceritakan kisah karier politiknya yang tidak menentu di Irak.
Kisah itu mencakup hubungan dengan faksi bersenjata Kristen selama perang melawan kelompok ISIS, persaingan dengan paramiliter Kristen yang berpengaruh, dan penangkapan singkat.
Ia juga bergabung dalam protes antikorupsi besar-besaran yang melanda Irak pada akhir 2019, yang disambut dengan tindakan keras oleh pihak berwenang yang menewaskan lebih dari 600 orang di seluruh negeri.
Momika awalnya berencana menggelar protesnya di Stockholm pada Februari 2023, tetapi polisi tak mau mengeluarkan izin dengan alasan masalah keamanan. Akan tetapi, putusan itu dibatalkan di pengadilan, sehingga membuka jalan bagi aksinya.
Berbicara kepada surat kabar Aftonbladet pada April 2023, Momika menekankan bahwa niatnya bukanlah untuk menimbulkan masalah bagi Swedia. "Saya tidak ingin mencelakai negara yang telah menerima saya dan menjaga martabat saya," katanya ketika itu.
Namun, aksi protesnya pada Juni 2023 justru membuat pemerintah Swedia 'pusing tujuh keliling' karena harus menuai kecaman dari seluruh dunia, termasuk dari Turki --yang saat itu memblokir keanggotaan Swedia di NATO.
Para pengunjuk rasa Irak menyerbu kedutaan besar Swedia di Baghdad dua kali pada Juli 2023, dan pada kesempatan kedua, mereka membakar kompleks tersebut.
Pemerintah Swedia mengutuk penodaan tersebut sambil menekankan undang-undang kebebasan berbicara dan berkumpul yang dilindungi oleh konstitusi negara tersebut.
Namun, keputusan Swedia untuk membiarkan demonstrasi Momika berlangsung mendorong Irak untuk mengusir duta besar Swedia dan mencabut izin bagi perusahaan telekomunikasi Ericsson untuk beroperasi di negara itu.
Pada Agustus 2024, Momika didakwa telah melakukan 'agitasi terhadap kelompok etnis' sebanyak empat kali pada musim panas tahun 2023.
Pengadilan distrik Stockholm dijadwalkan akan menyampaikan putusannya dalam kasus tersebut pada Kamis, 30 Januari 2025, atau keesokan paginya setelah Momika dibunuh. Namun pada hari yang sama, jaksa penuntut membatalkan dakwaan tersebut.
Momika mengaku dia telah menerima banyak ancaman pembunuhan atas protesnya, yang disiarkan langsung di media sosialnya.
Sementara Momika mendapat perlindungan polisi selama protes dan saat menghadiri pengadilan, pengacaranya Anna Roth mengatakan kepada kantor berita TT bahwa sejauh pengetahuannya, Momika tidak dilindungi saat berada di rumah.
"Dia sangat menyadari bahwa ada ancaman besar terhadapnya. Ada harga yang harus dibayar untuk kepalanya," kata Roth.
Pada Maret 2024, Momika sempat meninggalkan Swedia untuk mencari suaka di Norwegia, mengatakan bahwa kebebasan berekspresi dan perlindungan hak asasi manusia di Swedia adalah 'kebohongan besar'.
Akan tetapi, pengajuan suaka itu ditolak mentah-mentah dan Norwegia mendeportasinya kembali ke Swedia hanya beberapa minggu kemudian.
Setelah protes awalnya, dia menyatakan ambisinya untuk terjun ke dunia politik. Momika mengatakan kepada surat kabar Aftonbladet bahwa dia berharap suatu hari dapat mencalonkan diri untuk kursi di parlemen sebagai perwakilan dari Partai Demokrat Swedia, partai anti-imigrasi yang mendukung pemerintahan koalisi Perdana Menteri Ulf Kristersson.
Namun, pada saat itu, Partai Demokrat Swedia dengan tegas mengatakan bahwa tindakan Momika tidak mewakili partai tersebut.
Sumber: inilah