Kisah Nyata Pendeta Pembenci Islam Jadi Mualaf Usai Melihat Keajaiban di Balik Kebakaran Los Angeles

Kisah Nyata Pendeta Pembenci Islam Jadi Mualaf Usai Melihat Keajaiban di Balik Kebakaran Los Angeles

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kisah Nyata Pendeta Pembenci Islam Jadi Mualaf Usai Melihat Keajaiban di Balik Kebakaran Los Angeles

GELORA.CO -
Dahsyatnya kebakaran yang melanda Los Angeles, Kalifornia, Amerika menyisakan banyak kisah menakjubkan. Salah satunya adalah tentang pendeta yang akhirnya jadi mualaf alias masuk Islam. Kok Bisa?

Dilansir dari channel YouTube Kisah Trending, ini adalah kisah nyata seorang pendeta Kristen yang seringali merendahkan nilai-nilai Islam dalam khotbahnya.

Bahkan pernah sekali pendeta itu sempat membakar Al Quran sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang salah.

Hingga pada satu momen, ketika Kota Los Angeles habis dilalap api, pendeta ini menemukan keajaiban hidup dalam Islam. 

Sosok itu disebut bernama Michael. Lantas apa kaitannya dengan kebakaran Los Angeles?

Michael adalah seorang pendeta yang disegani di Los Angeles. Ia dikenal karena retorika yang kuat dalam menyampaikan khotbahnya. 

Setiap akhir pekan gerejanya selalu penuh oleh jemaat yang terinspirasi oleh semangat dan keyakinannya. 

Ia berbicara dengan tegas tentang pentingnya mempertahankan iman Kristen di tengah dunia yang ia anggap semakin jauh dari nilai-nilai agama. 

Namun di balik khotbahnya yang menggugah, Michael menyimpan rasa gelisah yang sulit ia pahami sepenuhnya. 

Gelisah itu semakin menjadi-jadi ketika komunitas muslim di sekitar gerejanya mulai berkembang. 

Sebuah masjid kecil yang dulunya jarang terlihat aktivitasnya kini ramai dengan jamaah. 

Suara azan yang sayup-sayup terdengar dari kejauhan sering membuat Michael merasa terganggu. 

Ia mulai melihat pertumbuhan komunitas muslim ini sebagai ancaman. Meskipun sebenarnya mereka tidak pernah menunjukkan permusuhan.

Bagi michael, kehadiran mereka terasa sebagai tantangan terhadap keyakinan yang ia pertahakan dengan teguh. 

Michael mulai menyampaikan pandangan skeptisnya terhadap Islam dalam khotbahnya. 

Ia menyebut Islam sebagai sesuatu yang asing dan berbahaya. Hal itu perlahan berubaha jadi kebencian. 

Puncaknya, suatu hari setelah mendengar ada perluasan masjid ia semakin marah. Dengan penuh emosi ia mengambil Al Quran yang dipeoleh dari perpustakaan gereja. 

Michael membakarnya. Merasa seolah-olah menegaskan keyakinannya. Namun setelah api padam ia merasakan hal aneh. 

Alih-alih merasa kemenangan, hatinya malah semakin gelisah. Perasaan bersalah mulai menghantui dirinya. 

Suaranya yang tegas memndadak gemeter. Ia merasa ada yang tidak beres dalam hatinya. 

Terlebih ketika setiap kali melewati masjid yang ia anggap sebagai ancaman itu hatinya terasa berat. 

Michael tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ia telah melakukan sesuatu yang salah. 

Namun alih-alih menghadapinya ia memili unuk mengabaikan perasaan itu dan tetap melanjutkan rutinitasnya sebagai pendeta.

Pendeta Masuk Islam


Bulan Januari 2025 menjadi bulan yang kelam bagi Los Angeles. Kebakaran besar melanda kota. 

Dipicu cuaca ektrem. Michael terbangun di malam hari oleh sirene yang meraung-raung dan ketukan di pintu. Ia harus dievakuasi.

Di luar suasana kacau. Orang-orang berlarian. Semua bangunan hancur, berubah jadi abu. 

Setelah beberapa hari belalu, Michael kembali ke Los Angeles. Ia tiba-tiba berhenti melihat susutu yang membuatnya tertegun. 

Dia berdiri di kejauhan, satu-satunya tempat yang utuh di tengah kehancuran. Michael tak percaya masjid yang ada dekat gerejanya itu berdiri kokoh tanpa goresan sedikit pun. 

Ia berdiri di sana cukup lama memandangi masjid itu. Perasaan campur aduk di hatinya. 

Michael yang kini berada di puncak pergulatannya ada keputusan besar yang telah ia ambil setelah berbulan-bulan merenung, mempelajari Islam dan bergulat dengan ketakutan serta keraguannya. 

Ia memutuskan untuk melangkah ke arah yang selama ini terasa benar di dalam hatinya. Pagi itu Michael berjalan menuju Masjid An-Nur.

Dengan langkah yang mantap meskipun tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa gugup yang menghantui pikirannya.

Ia menemukan kedamaian dalam ayat-ayat Alquran dan kehangatan Islam. Michel akhirnya memutuskan menjadi mualaf setelag mengucapkan kalimat syahadat.

Sumber: viva
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita