Pembredelan Lukisan Yos Suprapto Hanya Strategi Marketing Semata Diungkap Netizen: Dia Pernah Lakukan di Australia dan Jadi Kaya

Pembredelan Lukisan Yos Suprapto Hanya Strategi Marketing Semata Diungkap Netizen: Dia Pernah Lakukan di Australia dan Jadi Kaya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pembredelan lukisan Yos Suprapto hanya strategi marketing semata diungkap netizen yang membuat harga lukisan dan namanya melambung.

Hal seperti ini juga pernah dialami oleh Yos saat berada di Australia, di mana saat pameran perupa yang menetap di Yogyakarta ini menampilkan lukisan yang dianggap terlalu erotika.

Akibat penolakan ini, berbagai media lokal turut mengupas peristiwa tersebut sehingga membuat nama Yos menjadi buah bibir di sana.

Tidak hanya terkenal, namun dalam wawancara singkat dengan Dahlan Iskan secara daring, Yos mengakui bahwa pembredelan pertama tersebut membuatnya kaya dan semua lukisannya laku.

Bahkan dari hasil penjualan tersebut mampu membeli tanah dan rumah di Australia.’

Salah satu netizen, Rudi Valinka dengan akun @kurawa mengungkapkan bahwa strategi inilah yang diterapkan kembali oleh Yos saat pameran di Galeri Nasional beberapa waktu lalu.

Pada awalnya pameran tunggal Yos Sudarso akan digelar pada 18 Januari 2024, namun diundur pada Maret 2024.

Namun Yos keberatan dan menyatakan belum siap meminta agar pamerannya dilakukan akhir tahun 2024 saja dan disepakati diadakan 3 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.

Disebutkannya bahwa hingga saat ini lukisan yang akan dipamerkan di Galeri Nasional Yos telah laku terjual hingga 7 lukisan.

Komentar netizen ini tak ditampik oleh Mayek Prayitno yang merupakan seorang artis curator jebolan ISI Yogyakarta.

Menurutnya, masuknya nama Yos Sudarso dalam jadwal pameran di Galeri Nasional bukanlah agenda seperti yang telah disepakati.

Mayek menyampaikan bahwa kabar ini beredar di komunitas seniman Yogyakarta dan juga disampaikannya bahwa nama Yos sendiri juga menjadi buah bibir sejak adanya permasalahan ini.

Meskipun dari biografinya, Yos sendiri juga pernah menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional pada 2017 lalu.

Selain itu, netizen diberbagai jejaringan media sosial juga menyampaikan bahwa dengan peristiwa ini membuat dunia seni rupa Tanah Air kembali menjadi perhatian publik.

Sedangkan Meyek menyayangkan tindakan Yos yang tidak mengindahkan kesepakatan dengan kuratornya Suwarno Wisetrotomo.

Suwarno sendiri sebenarnya telah mengetahui keberadaan 2 lukisan yang dianggap tidak sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam pemeran di Galeri Nasional tersebut.

Adapun tema yang disepakati pada awalnya adalah ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’.

Menurut Suwarno, 2 lukisan tersebut jika dipajang bersama yang lain akan merusak tema yang telah disepakati.

Ditunjuknya Suwarno sebagai kurator tak serta merta, sebelum tahun 2023 disebutkan telah ditunjuk namun selalu tertunda karena berbagai hal. 

“Ada 2 lukisan di mana saat saya ngerasani, kok ini gak sesuai dan gak cocok dengan tema,” terangnya di akun YouTube Podcast PutCast Mojokdotco.

“Jika tetap dipajang, ini akan merusak tema utama, tema penting tentang tanah itu tadi,” tambahnya.

“Namun Yos defensif dan selalu bertahan bahwa lukisan itu relate dengan tema yang diusung. Dan kami agak tegang, meskipun saya mencoba untuk mengendurkan,” jelasnya. 

Suwarno sendiri menjaskan bahwa keputusannya untuk mengundurkan diri bukan karena takut, namun karena sudah tidak tidak ada lagi titik temu antara dirinya dengan Yos.

Sedangkan Meyek menjelaskan bahwa korator dan seniman merupakan sebuah tim dalam penyelenggaraan pameran dan tugas kurator untuk menjaga agar tema yang diusung berkesuaian dengan karya yang di tampilkan.

Dengan ngotonya Yos menampilkan 2 lukisan tersebut sama saja tidak lagi menghargai keberadaan kuratornya.

Meskipun apa yang dilakukan oleh Yos membuat nama dan karyanya melambung, namun ini bukanlah hal yang bijak dalam berkesenian.

“Berkesenian adalah menjalani proses sehingga karya dan nama seniman menjadi besar berdasarkan karya-karya yang dihasilkannya,” papar Meyek.

Meyek juga menyayangkan jika apa yang dilakukan oleh Yos nantinya akan ditiru oleh seniman muda Tanah Air dan menjadi jalan pintas yang hanya mengedepankan materi.

Sedangkan nilai dari sebuah karya seni tidaklah sekedar dinilai dari material, namun dari proses dan perjalanan yang dilewati oleh seniman tersebut.

Salah satunya adalah Joko Pekik, seniman asal Yogyakarta yang akhirnya dapat kembali pameran pada 1998 dengan lukisan Berburu Celeng.

Setelah puluhan tahun dilarang mengelar pameran oleh pemerintahan yang membuatnya harus melakukan usaha lain untuk menghidupi keluarganya, akhirnya karya yang dibuat sebelum kejatuhan pemerintahan Soeharto tersebut berhasil terjual dengan harga Rp1 miliar.

Sumber: disway
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita