GELORA.CO - Gelagat Presiden ketujuh RI Joko Widodo yang sering bertemu Presiden Prabowo Subianto, diyakini tidak untuk cawe-cawe urusan politik.
Pertemuan yang cukup intens antara Jokowi dengan Prabowo, tidak bisa langsung ditafsirkan negatif begitu saja.
"Kita melihatnya biasa (pertemuan Jokowi dan Prabowo), dan tidak dipandang selalu soal dipengaruhi atau terpengaruhi, cawe-cawe gitu ya," ujar analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dadang Rahmat, saat dihubungi RMOL, pada Rabu, 11 Desember 2024.
Menurut Dadang, Prabowo sebagai Presiden RI setelah Jokowi, punya karakter kepemimpinan yang tidak mudah dipengaruhi pihak lain.
"Saya juga punya keyakinan bahwa setiap jabatan, setiap presiden itu kan ada masanya, setiap masa ada presidennya," kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad itu.
"Dan di situ pula ada otoritas, ada style, ada orientasi, ada legacy yang ingin ditampilkan oleh masing-masing pemimpin di negara ini," sambungnya.
Oleh karena itu, Dadang menilai pertemuan Jokowi dan Prabowo yang bukan hanya terjadi baru-baru ini, justru menunjukkan ada relasi pribadi yang cukup kuat di antara keduanya.
"Ya kalau saya malah memandangnya relasi politik tidak hanya presiden, bisa jadi gubernur kepada mantan gubernurnya, rektor kepada mantan-mantan rektornya, gitu ya. Saya kira itu dalam konteks silaturahmi secara personal atau berkaitan dengan tugas dan fungsi jabatannya, itu menurut saya baik," tuturnya.
"Baik artinya, kita tahu bahwa bangsa ini merupakan continuous nation interest. Jadi kepentingan politik negara itu kan tidak hanya terbatas pada masa jabatan presiden saja," tandas Dadang.
Sumber: rmol