Israel Perintahkan Tentaranya Bersiap Tinggal Lama di Suriah

Israel Perintahkan Tentaranya Bersiap Tinggal Lama di Suriah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menteri Pertahanan Israel Israel Katz telah memerintahkan tentara negaranya untuk bersiap tinggal lama, setidaknya selama musim dingin, di wilayah Suriah yang baru direbut. Katz mengabaikan dunia internasional yang mendesak tentara Zionis mundur.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merebut zona penyangga demiliterisasi (DMZ) di perbatasan dengan Suriah yang didirikan pada tahun 1974 dan diperluas melampaui wilayah Dataran Tinggi Golan yang telah mereka tempati secara ilegal sejak tahun 1967.

Katz mengatakan pekan ini bahwa IDF akan membangun "zona pertahanan steril" sementara di Suriah selatan untuk mencegah "ancaman teroris" setelah jatuhnya rezim pemerintahan Bashar al-Assad.

Pada hari Jumat, Katz mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan IDF untuk mendirikan fasilitas yang sesuai dan membuat persiapan khusus agar para prajurit tetap berada di Gunung Hermon di dalam wilayah Suriah.

Gunung Hermon, yang terletak di dekat perbatasan dengan Lebanon, merupakan lokasi strategis yang menghadap ke Damaskus. Sebagai gunung tertinggi di Suriah, ia menyediakan dataran tinggi untuk pengamatan di seluruh wilayah, termasuk wilayah di Lebanon.

Dengan radar yang ditempatkan di Gunung Hermon, Israel akan dapat memantau wilayah yang jauh lebih luas, kata para pakar.

"Karena apa yang terjadi di Suriah—ada kepentingan keamanan yang sangat besar bagi kita untuk mempertahankan puncak Gunung Hermon," kata Katz, seperti dikutip dar France24, Sabtu (14/12/2024).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis mengatakan kepada penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan bahwa Israel akan tetap berada di zona penyangga sampai ada kekuatan yang efektif untuk menegakkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 yang menghentikan konflik antara Suriah dan Israel.

Israel memulai operasi militer aktif di Suriah setelah oposisi bersenjata, yang dipelopori oleh kelompok “jihadis” Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan pemerintah yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Assad dengan cepat dan pengasingan mantan presiden tersebut di Rusia.

Menurut IDF, serangan udara besar-besaran yang dilakukan di seluruh Suriah selama seminggu terakhir telah menghancurkan aset militer senilai miliaran dolar, termasuk pertahanan udara Suriah yang luas, sedikitnya lima skuadron Angkatan Udara, dan fasilitas produksi rudal.

“Sekitar 90% dari rudal permukaan-ke-udara strategis yang teridentifikasi milik Suriah juga telah dihancurkan,” kata IDF.

Serangan Israel telah dikutuk secara internasional, dengan PBB mengatakan hal itu melanggar perjanjian pelepasan. Pada hari Kamis, PBB menuntut agar semua pihak mengakhiri semua kehadiran yang tidak sah di area pemisahan.

Turki, yang mendukung beberapa faksi oposisi Suriah yang menggulingkan Assad, menuduh Israel menerapkan mentalitas penjajah.

Sedangkan AS membela serangan militer Israel ke Suriah, dengan mengeklaim operasi itu dilakukan untuk membela diri.

Sumber: sindonews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita