GELORA.CO - Belum lama ini warganet dihebohkan dengan sebuah perlakukan kasar Gus Muftah kepada seorang penjual es teh yang sedang berkeliling di pengajiannya.
Atas perlakuan kasar tersebut, Gus Miftah ramai dikecam oleh publik hingga ia mundur sebagai Utusan Khusus Presiden.
Warganet pun ramai-ramai membandingkan Gus Miftah dan Gus Baha yang sama-sama seorang pendakwah dari Jawa dan sama-sama di panggil Gus, sayangnya Gus Baha seringkali tidak mau diundang publik untuk mengisi kajian.
Gus Baha benar-benar tidak seperti Gus yang lain, ceramah atau kajian dari Gus Baha tidak bisa kita temukan dimana-mana.
Akses untuk bisa menemukan ceramah Gus Baha sangat sedikit, maka dari itu warganet membandingkan Gus Baha dan Gus Miftah.
Yang mana Gus Miftah sering berlalu-lalang dimanapun, di layar kaca maupun di pengajian-pengajian tertentu sangat mudah menemukan Gus MIftah.
Lalu mengapa sebenarnya Gus Baha sangat susah ditemui dan tidak mau diundang oleh jamaahnya?
Dilansir dari akun Tiktok @nasehat_dakwah01 pada tanggal 9 Desember 2024, simak ulasan tentang alasan Gus Baha tidak mau diundang oleh Publik.
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang biasa dikenal dengan Gus Baha merupakan penceramah asal Rembang, Jawa Tengah.
Gus Baha sangat terkenal sebagai salah satu ulama yang terkenal sebagai seorang ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar Al-Qur’an,
Sayangnya, Gus Baha merupakan sosok yang sangat tertutup dan seringkali enggan ketika diminta untuk mengisi kajian.
Dalam sebuah cuplikan video saat Gus Baha mengisi sebuah acara pengajian, Gus Baha mengungkapkan alasannya jarang sekali muncul di publik.
“Saya ini nggak tahu harus Istigfar atau syukur, karena kenapa saya berpikir ini istigfar atau syukur karena termasuk yang paling saya hindari acara seperti ini (acara pengajian)” ujar Gus Baha.
Ia melanjutkan “Cuma ada dua persen pengecualian yaitu Guru, Keluarga, (dan) temannya Bapak, nah ini Gus Ali termasuk kategori temannya Bapak”
Gus Baha menyampaikan bahwa dirinya cukup pilih-pilih bahkan gampang tidak menyetujui ketika diundang oleh publik.
“Alasannya adalah satu mungkin nggak bakat ya nggak bakat dan nggak ingin, dua saya nggak punya kemampuan untuk menjelaskan kontruksi Islam secara utuh” jelas Gus Baha.
Gus Baha mengatakan bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa mengaji itu harus khatam tanpa kurang sedikitpun.
Hal ini karena Gus Baha merasa “trauma” ketika harus mengisi kajian atau mengaji harus mempertanggung jawabkan yang akan datang.
Gus Baha tidak mau semua menjadi setengah-setengah karena percuma saja jika ia tidak menyampaikan ilmunya secara utuh.
Mungkin hal itulah yang membuat publik merasa bahwa Gus Baha adalah sosok pendakwah yang sesuai dengan kaidah agama Islam.
Ia tak banyak membahas hal diluar konteks dan masih bercanda sesuai dengan adab untuk tidak menyakiti orang lain dengan ucapannya.***
Sumber: hops