GELORA.CO - ASS atau yang diduga Annar Salahuddin Sampetoding kini tengah menjadi sorotan lantaran disinyalir menjadi dalang di balik sindikat pabrik uang palsu yang beroperasi di UIN Makassar. Mencuat juga dugaan ada keterlibatan oknum polisi di balik kasus ini, karena terendus adanya hubungan kekerabatan antara Annar dengan eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo.
Annar diketahui sempat mencalonkan diri di Pilgub Sulsel, dan sebelumnya juga hendak maju di Pilwalkot Makassar. Namun, keinginannya itu gagal setelah dirinya tak mendapat rekomendasi dari satu partai pun.
Berdasarkan penelusuran, Annar Salahuddin Sampetoding, pengusaha sekaligus politisi ini diketahui pernah membela jenderal Polri yang menjadi terpidana kasus pembunuhan terhadap Brigadir J, yakni Ferdy Sambo. Pembelaan ini yang memunculkan dugaan adanya hubungan kekerabatan antara dirinya dengan Sambo.
Tepatnya pada 10 April 2023 lalu, Annar muncul di sebuah tayangan televisi nasional dengan mengaku sebagai perwakilan keluarga Ferdy Sambo. Kala itu dia meminta hukuman Ferdy Sambo diringankan dan hakim dapat memberikan keputusan yang adil. Sebab, keluarga menilai Ferdy Sambo telah mengakui perbuatannya.
Dia menilai Ferdy Sambo bukanlah seorang penjahat. Selain itu, Ferdy Sambo telah mengabdi selama 28 tahun di Polri dan meraih Bintang Bhayangkara Pratama dari Presiden RI.
"Kita berharap dari pihak hakim banding bisa memutuskan atau bisa memberikan keadilan atau keringanan untuk adik kami saudara kami Pak Ferdy Sambo. Mudah-mudahan dengan sesuai hati nurani dan ada perasaan, kami dari pihak keluarga bermohon kepada bapak hakim tolong keadilan, tolong diringkan adik kami Ferdy Sambo," katanya kala itu.
Dugaan adanya hubungan kekerabatan dengan Sambo ini memicu dugaan adanya keterlibatan oknum polisi di kasus uang palsu. Sebab, berdasarkan keterangan Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono pabrik uang palsu sudah beroperasi 14 tahuh. Dirasa mustahil, tidak terendus pihak kepolisian. "Dari hasil interogasi, timeline pembuatan uang palsu ini dimulai dari Juni 2010, terus kemudian 2011 sampai 2012," kata Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Polres Gowa, Kamis (19/12/2024).
Dia menjelaskan proses produksi uang palsu di Kampus UIN Makassar tersebut sempat berhenti, namun kembali beroperasi pada 2022 lalu. "Juni 2022 ini kembali lagi untuk merencanakan lagi pembuatan dan mempelajari lagi, rencananya pembuatan ini dari 2022, kalau 2010 masih taraf pengenalan," ungkapnya.
Yudhiawan menyebutkan proses pencetakan uang palsu tersebut dilakukan di dua lokasi berbeda di salah satu rumah pelaku di Makassar dan di kampus UIN Makassar di Kabupaten Gowa. "Sekitar bulan September 2024 berkomunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan, untuk membuat uang palsu di TKP berikutnya (TKP 2)," jelasnya.
Dia juga menjelaskan, ASS diduga menjadi salah satu orang yang terlibat dalam sindikat uang palsu di UIN Makassar. Bahkan ASS diduga berencana menggunakan uang palsu itu untuk dana kampanye di Pilkada 2024 kemarin. Selain itu, ASS diduga menjadi pemodal dari sindikat uang palsu tersebut. "ASS sempat berniat maju Pilkada, tetapi tidak cukup kursi untuk mencalonkan diri," ujar Yudhiawan.
Dugaan keterlibatan ASS ini membuat kepolisian melakukan penyelidikan ke sebuah rumah di Jalan Sunu. Rumah tersebut diketahui milik ASS. Di lokasi tersebut, polisi menangkap dua orang yakni Muhammad Syahruna (52 tahun) dan John Biliater Panjaitan (68 tahun).
Syahruna diduga sebagai pelaku produksi uang palsu, sementara John berperan sebagai perantara transaksi. Dari hasil penyelidikan dan penemuan tersebut, polisi memiliki bukti dugaan kuat jika ASS sebagai penyandang dana dari sindikat uang palsu di UIN Makassar.
Sumber: inilah