GELORA.CO - Presiden RI ke-7 Joko Widodo turun langsung untuk bertemu dengan calon gubernur Jakarta Ridwan Wakil atau akrab disapa Emil. Pertemuan keduanya digelar di sebuah kafe kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur, pada Senin malam.
Pertemuan tersebut ramai dihadiri para pendukung pasangan RK-Suswono (Rido) sejak sore hari. Sejumlah anggota partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus dan figur publik (influencer) ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
Kehadiran Jokowi tentu diharapkan mampu mendongkrak elektabilitas Ridwan Kamil yang bersaing ketat dengan Pramono-Rano.
"Kenapa saya Ridwan Kamil? Karena rekam jejak. Saya ulang, kenapa saya Ridwan Kamil? Karena rekam jejak," kata dia.
Ia menjelaskan, RK memiliki rekam jejak menjadi Wali Kota Bandung. Dalam skala yang lebih luas, RK juga pernah menjadi Gubernur Jawa Barat (Jabar).
Selain itu, Jokowi menyebut, RK juga memiliki ilmu yang relevan untuk meminpin kawasan perkotaan. Sebab, RK merupakan lulusan Teknik Arsitektur ITBndan meraih gelar master di bidang urban design dari Berkeley. "Kurang apa lagi? Mau pilih yang mana lagi? Iya, kan? Betul?" kata dia.
Jokowi merupakan mantan gubernur Jakarta. Ia terpilih sebagai gubernur Jakarta pada 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Jokowi-Ahok menang pada putaran kedua dengan torehan 2.472.130 atau 53,82 persen.
Namun mantan wali kota Solo itu tidak menghabiskan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta, karena pada 2014 maju dalam Pilpres bersama pasangannya Jusuf Kalla. Ia juga Kembali menang di Pilpres pada 2019 menggandeng Maruf Amin. Di Jakarta, Jokowi-Maruf meraih 52 persen atau 3.279547 suara. Unggul 4 persen dari Prabowo-Sandi.
Berbeda dengan Ridwan Kamil, Pramono Anung-Rano Karno telah mendapat dukungan dari mantan gubernur Jakarta 2017-2022, Anies Baswedan.
Pramono merangkul Anies karena mantan rektor Paramadina itu dinilai punya pengaruh cukup kuat di Jakarta. Mantan Sekretaris Kabinet itu tentu berharap para relawan dan pengikut Anies bisa mencoblosnya.
Anies selama ini dekat dengan kalangan 'kanan' dan golongan berpendidikan. Ia juga punya relawan Abah yang dinilai militan dan punya pergerakan kuat di media sosial.
Pada Pilpres 2024, Anies kalah tipis dengan Prabowo di Jakarta. Anies-Muhaimin memperoleh 2.653.762 suara. Sementara pasangan Prabowo-Gibran sebanyak 2.692.011 suara, dan Ganjar-Mahfud 1.115.138 suara.
Saat bertemu Pramono-Rano, Anies menuliskan bahwa pertemuan itu dilakukan dalam rangka berkomunikasi mengenai Kota Jakarta.
"Pagi ini, menyongsong terbitnya matahari, ngobrol soal kota Jakarta dan masa depannya dengan Mas @pramonoanung dan Bang @ranodoelkarno di rumah. Ditemani lontong sayur dan kopi buatan @feryfarhati, bikin percakapan makin hangat dan menyenangkan," kata dia yang dikutip Republika.co.id, Jumat.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, dukungan Anies Baswedan bisa meningkatkan elektabilitas pasangan calon Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
"Bahkan saya pernah bilang bahwa orang-orang dekat Anies, Tim Sukses Anies dan Juru Bicara Anies, kini jadi Jubir di Pramono-Rano," kata Ujang saat dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu (16/11/2024).
Menurut dia, pertemuan itu bisa menggiring suara masyarakat yang selama ini mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu agar memilih Mas Pram dan Bang Doel. Ujang melihat dari pertemuan Pramono Anung dan Anies Baswedan yang terjadi di ujung masa kampanye, Anies lebih nyaman bertemu Pramono-Rano dibandingkan dengan paslon lainnya.
Belum ada survei yang merilis pengaruh siapa yang lebih kuat antara Jokowi dan Anies. Namun baik RK maupun Pramono tentu berharap banyak agar kedua tokoh itu memperkuat elektabilitas mereka di Jakarta.
RK ingin dukungan Jokowi memperluas spektrum pemilih, di luar dari relawan dan kader PKS serta kalangan nasionalis yang sudah mendukung mereka. Artinya, RK-Suswono diyakini ingin meraih dukungan dari basis massa PDIP yang masih pro-Jokowi.
Sementara Pramono-Rano ingin memperluas pemilih dari kalangan Islam, orang berpendidikan, serta basis massa Anies di akar rumput.
Sumber: republika