GELORA.CO - Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyoroti kasus polisi tembak polisi di parkiran Mapolres Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat dini hari, 22 November 2024.
Tersangka adalah Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Solok Selatan, Sumatera Barat, AKP Dadang Iskandar menembak rekannya dari Kasat Reskrim Solok Selatan, AKP Ulil Ryanto Anshari.
Insiden bermula ketika AKP Ryanto Ulil Anshar menangkap pelaku tambang ilegal di wilayah tersebut. Dalam kasus itu, petugas kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti berupa 2 butir selongsong peluru kaliber 9 milimeter yang berasal dari senjata api pendek jenis pistol HS dengan nomor 260139.
Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisisnya yang dilatari bahwa tersangka AKP Dadang diduga membekingi tambang ilegal C di Solok Selatan, Sumbar.
"Kesan yang muncul adalah 'manfaat' aktivitas beking itu sudah mengalir ke polisi-polisi lain." jelas Reza dalam keterangannya yang dikutip tvOne.
Menurut Reza, dugaan bekingan oleh polisi itu mengindikasikan fungsi pengawasan tidak dijalankan.
"Ditambahkan 'kode tirai' yaitu subkultur menutup-nutupi pelanggaran yang dilakukan oleh sesama sejawat," tambah Reza.
Subkultur menutup pelanggaran adalah istilah yang merujuk pada praktik atau kebiasaan dalam suatu kelompok atau organisasi, di mana anggota secara kolektif cenderung menutupi atau melindungi pelanggaran yang dilakukan oleh rekan mereka.
Sehingga jika AKP Dadang terbukti menjadi beking tambang ilegal galian C di Solok Selatan, maka kata Reza, ia tidak layak untuk dilabeli sebagai oknum, lantaran hal tersebut merupakan penerapan Bad Apple Theory.
"(Sebutan oknum) Itu penerapan Bad Apple Theory yang justru menurunkan bobot keseriusan kasus penembakan tersebut. Jangan-jangan yang tepat adalah Rotten Barrel Theory. Bahwa, penembakan merupakan puncak dari kejahatan sistemik yang justru telah menyebar luas di dalam organisasi penegakan hukum itu sendiri. Jadi, sekarang mari gabungkan sisi mikro (thinking system 1) dan sisi makro (Rotten Barrel Theory)," beBer Reza.
Pakar psikologi forensik itu kemudian berspekulasi bahwa Polri nantinya akan mengumumkan bahwa masalah AKP Dadang dan AKP Ulil hanya konflik pribadi serta tak ada hubungannya dengan tambang ilegal.
"Tersedia alasan untuk berspekulasi, yakni kelak Polri akan mengumumkan bahwa yang terjadi antara AKP DI dan AKP RUA adalah cuma konflik pribadi yang tidak ada hubungannya dengan tambang ilegal. Sebatas cekcok atau perselisihan koordinatif antar dua personel yang sama-sama punya ego di jabatannya masing-masing, tanpa pertentangan terkait pengungkapan pidana tambang. Penembakan bukan bentuk obstruction of justice terhadap kerja AKP RUA," papar pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel.
Sumber: viva