GELORA.CO - Israel membatasi pergerakan warga Lebanon Selatan dengan melarang warga sipil di lebih dari 60 desa perbatasan kembali ke rumah.
Warga sipil dilarang bergerak melewati garis imajiner yang menghubungkan 10 permukiman Lebanon di sepanjang perbatasan.
"Siapa pun yang melanggar larangan ini akan membahayakan keselamatannya sendiri," demikian keterangan Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebagaimana dikutip dari TASS, Sabtu, 30 November 2024.
Larangan ini diberlakukan setelah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah pada 27 November dengan mediasi Amerika Serikat dan Prancis.
Dalam kesepakatan tersebut, tentara Lebanon dikerahkan di sepanjang perbatasan selatan untuk menggantikan pasukan Israel yang akan ditarik secara bertahap selama 60 hari. Pasukan penjaga perdamaian PBB juga akan memantau area tersebut untuk memastikan stabilitas.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem memastikan akan bekerja sama dengan tentara Lebanon untuk menerapkan gencatan senjata yang disepakati kelompok milisi dengan Israel.
Dalam pidato pertamanya sejak gencatan senjata dimulai, Qassem memastikan tidak akan ada masalah atau perselisihan dengan tentara Lebanon.
"Kami akan bekerja sama untuk memperkuat kapasitas pertahanan Lebanon. Kami siap mencegah musuh (Israel) mengambil keuntungan dari kelemahan Lebanon," lanjutnya.
Dalam pidato tersebut, Qassem juga mendeklarasikan apa yang disebutnya sebagai "kemenangan ilahi" atas Israel. Ia mengklaim kemenangan kali ini lebih besar dibandingkan perang 34 hari pada 2006.
"Bagi mereka yang berharap Hizbullah akan melemah, taruhan mereka telah gagal," kata Qassem.
Sumber: rmol