Ekonomi Jepang Tengah Terpuruk, Tokyo Disebut Jadi 'Ibu Kota Seks' Asia

Ekonomi Jepang Tengah Terpuruk, Tokyo Disebut Jadi 'Ibu Kota Seks' Asia

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Ekonomi Jepang Tengah Terpuruk, Tokyo Disebut Jadi 'Ibu Kota Seks' Asia

Okubo Park yang terletak di distrik Kabukicho, Shinjuku, Tokyo telah menjadi 'spot transaksi' aktivitas seksual, dengan para pria berkeliaran di area tersebut. Mata mereka bergerak cepat mencari kandidat yang sempurna untuk memenuhi hasrat mereka.

Kondisi ekonomi Jepang yang tengah terpuruk, membuat Tokyo disebut telah menjelma menjadi 'ibu kota seks' Asia. Sudah separah itu?

Di masa-masa keemasan ekonomi Jepang, para lelakinya akan menjelajah ke luar negeri, mencari sensasi hubungan gelap yang ditawarkan oleh para perempuan dari negara-negara 'miskin'. Tapi sekarang keadaan berbalik, kini para lelaki asing berbondong-bondong ke Tokyo untuk 'wisata seks' karena yen melemah dan kemiskinan meningkat.

Yoshihide Tanaka, sekretaris jenderal Dewan Penghubung Pelindung Pemuda atau Seiboren, memberikan gambaran suram tentang situasi Tokyo saat ini.

"Jepang telah menjadi negara miskin," katanya kepada South China Morning Post, Minggu (17/11/2024).

Di dekat kantor Seiboren, ada sebuah wilayah yang telah menjadi identik dengan perdagangan seks kota tersebut. Bernama Okubo Park, sejumlah perempuan muda tampak sedang menunggu 'tamu' sejak sore hari sebelum matahari terbenam. 

Organisasi itu (Seiboren) pun memperhatikan peningkatan jumlah orang asing yang sering mengunjungi lokasi tersebut sesaat setelah pembatasan perjalanan era pandemi dicabut.

"Namun kini kami melihat lebih banyak lelaki asing. Mereka datang dari banyak negara. Mereka berkulit putih, Asia, hitam, tetapi mayoritas adalah orang China," ucap Tanaka.

Masuknya orang-orang asing ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah remaja dan perempuan berusia awal dua puluhan yang beralih ke industri seks untuk bertahan hidup, kata Tanaka, bersamaan dengan peningkatan kekerasan yang mengkhawatirkan.

Okubo Park yang terletak di distrik Kabukicho, Shinjuku, Tokyo telah menjadi 'spot transaksi' aktivitas seksual, dengan para pria berkeliaran di area tersebut. Mata mereka bergerak cepat mencari kandidat yang sempurna untuk memenuhi hasrat mereka, seperti yang dilaporkan The Japan Times.

Di Okubo Park, tidak ada muncikari, hanya sejumlah pria, termasuk warga negara asing, yang mencari seks berbayar dan perempuan muda di sana untuk memberikannya. Pada pukul 8 malam, ada sekitar 30 perempuan yang menunggu untuk dipanggil.

"Apakah Anda berdiri?" seorang pria bertanya kepada salah satu perempuan, menggunakan eufemisme untuk prostitusi. Jika harganya terlalu tinggi, pria itu akan pergi atau mencoba menawar dengan harga yang lebih rendah.

Beberapa dari mereka membawa kamera, mencoba mengambil gambar gadis-gadis itu secara diam-diam. Yang lain menyiarkan langsung kejadian itu di media sosial, menunjukkan wanita seperti apa yang tersedia di Okubo Park. Sebuah video yang diunggah di platform media sosial X tahun lalu mengumpulkan sekitar 12.000 like.

Klip serupa dalam bahasa asing juga ada di TikTok dan platform media sosial lainnya, termasuk Xiaohongshu, versi Instagram dari China, yang menggoda penduduk dan turis asing untuk datang ke daerah tersebut.

Kawasan di Kabukicho itu telah menjadi tempat terkenal untuk prostitusi jalanan yang tidak diatur, beberapa di antaranya melibatkan anak di bawah umur yang melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi (kondom).

"Okubo Park menjadi bagian dari pengalaman pariwisata bagi pengunjung asing," kata Kazuna Kanajiri, perwakilan Paps, lembaga nirlaba yang menawarkan dukungan bagi korban kekerasan seksual.

Turis asing terkadang datang berkelompok dengan ditemani seorang penerjemah untuk membantu mereka bernegosiasi. Beberapa gadis lebih memilih pelanggan dari kalangan warga asing, karena takut pelanggan Jepang ternyata adalah polisi yang menyamar.

"Di Kabukicho, siapapun (perempuan) yang berjalan-jalan didekati oleh orang-orang yang mencoba merekrut mereka untuk aktivitas seksual. Namun, belum ada tindakan efektif untuk mengatasi situasi ini," kata Kanajiri.

Para anggota parlemen menyadari apa yang terjadi di Okubo Park, dan khawatir hal itu dapat merusak reputasi Jepang di seluruh dunia.

"Kenyataannya adalah Jepang telah menjadi negara tempat pria asing dapat memperoleh wanita muda dan pada dasarnya membeli layanan seksual," kata Kazunori Yamanoi dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang, partai oposisi utama negara itu.

Ia telah lama mengadvokasi undang-undang yang mengatur industri pekerja seks.

"Ini bukan lagi sekadar masalah domestik. Ini masalah yang sangat serius terkait bagaimana wanita Jepang dipersepsikan di komunitas internasional," imbuhnya.

Polisi telah menindak tegas lingkungan tersebut, dengan 140 perempuan ditangkap karena dugaan prostitusi jalanan pada tahun 2023. Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo (MPD) mengatakan sekitar 43 persen dari mereka yang ditangkap saat bekerja di jalanan adalah perempuan yang sebenarnya dijajakan oleh klub dewasa.

Harga rata-rata per sesi adalah sekitar 20.000 yen (Rp2 juta), tetapi ini dapat turun menjadi 15.000 yen (Rp1,5 juta) jika bisnis sedang lesu. Beberapa pekerja memiliki kuota yang harus mereka penuhi setiap hari untuk membayar kembali utang klub yang menaungi mereka.

Walau sudah berutang ke klub, mereka juga masih menghadapi resiko bahaya, termasuk kekerasan fisik, pemerasan, dan tentunya penyakit menular seksual.

Miya, yang menggunakan nama samaran, mengatakan pelanggan sering kali menjadi kasar. Ia bercerita seorang temannya sesama pekerja seks dipukuli secara fisik oleh pelanggan asing, yang menuntutnya mengembalikan setengah dari uang yang dibayarkannya karena dia tidak mendapatkan kepuasan.

Karena temannya tidak ingin mengambil risiko ditangkap, ia malah menelepon Miya untuk meminta bantuan. Ketika mereka lari dari pria itu, dia menendang Miya dari belakang dan mengejar mereka. Ia menolak untuk berhenti menendang sampai teman Miya mengembalikan uangnya.

"Teman saya akhirnya (terpaksa) mengembalikan uang itu meski awalnya dia tidak mau menyerahkannya," kata Miya.

Miya dan temannya juga memilih untuk tidak mengajukan tuntutan pidana terhadap pria sing itu karena menendangnya, dengan mengatakan bahwa kecil kemungkinan mereka akan mendapatkan keadilan.

Ekonomi Jepang Tengah Terpuruk, Tokyo Disebut Jadi 'Ibu Kota Seks' Asia
Ekonomi Jepang Tengah Terpuruk, Tokyo Disebut Jadi 'Ibu Kota Seks' Asia


Meski demikian, Yuriko Ueki, yang mengepalai divisi hiburan dewasa MPD, mengatakan bahwa meskipun undang-undang anti-prostitusi tidak berlaku untuk pembeli seks, penangkapan masih dapat dilakukan untuk tindakan kekerasan.

"Kami akan memastikan bahwa kekerasan tidak terjadi tanpa kendali. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mempermudah organisasi terkait, serta individu, untuk berkonsultasi dengan polisi dan melaporkan insiden semacam itu," kata Ueki.

Beberapa orang merasa bahwa polisi lebih fokus pada pemberantasan prostitusi jalanan, bukan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan.

Di Jepang, membeli dan menjual seks demi uang adalah ilegal, namun larangannya hanya terbatas pada penetrasi saja. Undang-undang anti-prostitusi menerapkan hukuman pidana hingga 6 bulan penjara dan denda hingga 10.000 yen, namun hanya untuk 'penjual' dan bukan 'pembeli'.

Artinya, jika seorang laki-laki membayar untuk seks di Okubo Park, pekerja seks tersebut akan bertanggung jawab secara pidana, namun laki-laki itu tidak.

Banyak pegiat gender menginginkan pemerintah merevisi undang-undang itu, karena menurut mereka penerapan hukuman pidana seharusnya juga berlaku untuk 'pembeli' seks, bukan hanya 'penjualnya'.

"Sistem ini akan memungkinkan perempuan melaporkan pelanggan yang melakukan kekerasan dengan aman sekaligus mengurangi permintaan akan layanan seksual," kata Kanajiri.

Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita