AS Kerahkan Bomber Nuklir ke Semenanjung Korea, Respons Rudal Korut

AS Kerahkan Bomber Nuklir ke Semenanjung Korea, Respons Rudal Korut

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Amerika Serikat mengerahkan pesawat pengebom jarak jauh berkemampuan nuklir dalam latihan trilateral bersama Korea Selatan dan Jepang pada Minggu (3/11/2024) sebagai respons terhadap uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) baru oleh Korea Utara yang dirancang untuk menyerang daratan AS, seperti yang disampaikan oleh militer Korea Selatan.

Uji coba rudal Hwasong-19 oleh Korea Utara pada Kamis lalu mencatat rekor ketinggian dan durasi penerbangan tertinggi dibandingkan dengan peluncuran sebelumnya.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyebutnya sebagai "tindakan militer yang tepat" untuk menghadapi ancaman keamanan eksternal dari para pesaingnya.

Dilansir Associated Press, pesawat B-1B AS terbang bersama jet tempur Korea Selatan dan Jepang di sekitar Semenanjung Korea, menunjukkan tekad dan kesiapan ketiga negara dalam menghadapi program nuklir dan misil Korea Utara yang terus berkembang, menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Adapun Latihan udara trilateral ini merupakan yang kedua pada tahun ini.

AS sering merespons uji coba rudal besar Korea Utara dengan pengerahan sementara aset militer canggih seperti pembom jarak jauh, kapal induk, dan kapal selam bertenaga nuklir ke atau di dekat Semenanjung Korea.

Pengerahan ini biasanya mendapat reaksi keras dari Korea Utara yang menuduh AS mempersiapkan invasi dan sering kali menanggapi dengan uji coba senjata tambahan.

Hwasong-19, rudal balistik antarbenua pertama yang diuji Korea Utara dalam hampir setahun, menunjukkan kemajuan dalam program misilnya.

Namun, sejumlah ahli mengatakan bahwa Korea Utara masih menghadapi beberapa kendala teknis sebelum dapat mengembangkan ICBM yang berfungsi penuh untuk meluncurkan serangan nuklir terhadap daratan AS.

Mereka juga mencatat bahwa Hwasong-19 terlihat terlalu besar untuk digunakan secara efektif dalam perang.

Uji coba ini diperkirakan bertujuan menarik perhatian Amerika menjelang pemilihan presiden AS minggu ini dan merespons kecaman internasional terkait dugaan pengiriman ribuan pasukan Korea Utara ke Rusia guna mendukung perang di Ukraina.

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita