GELORA.CO - Viral tiga siswa SD IT di Pandeglang, Banten diusir dari sekolah, gara-gara menunggak bayar uang bulanan atau SPP.
Padahal ketiganya merupakan siswa berprestasi.
Tak main-main, jumlah pembayaran SPP yang tertunggal ketiga siswa SD tersebut senilai Rp 42 juta.
Peristiwa ini terjadi Pandeglang, Provinsi Banten.
Ketiga siswa SD itu sekolah di SDIT Insan Cedekia Mathlaul Anwar (ICMA) Yayasan Islamic Centre Herwansyah Kampung Kadasuluh, Desa Karyasari, Kecamatan Cikeudal, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Saat kejadian, ketiga siswa SD itu dipulangkan paksa dengan diantar ke rumahnya di Menes, Banten.
Ketiga siswa SD itu adalah M Faeyza Athalla Febrian, M Farraz Athilla Ahza juara dan M Fathan Atharva Ghazi.
Ya, ketiganya adalah kakak beradik, anak dari pasangan Defi Fitriani dan Muhammad Fahat.
Saat dipulangkan dari sekolah, Faraz, Fathan, dan Faeyza menangis sesenggukan.
Pasalnya ketiganya diduga dipulangkan paksa oleh gurunya saat sedang belajar di sekolah.
Sang ibu 3 siswa SD, Defi Fitriani mengungkap bahwa ketiga anaknya diusir dari sekolah atas perintah dari pimpinan yayasan.
"Atas intruksi pembina yayasan," ujar Defi, dikutip dari TribunBogor, Minggu (27/10/2024).
Defi dan Fahat mengakui mereka menunggak bayaran sekolah atau SPP sebesar Rp 42 juta.
Namun, ia menyayangkan ketiga anaknya diusir dari sekolah saat sedang aktif belajar.
"Diantar pas jam mereka aktif yah, lagi belajar. Dipualngkan paksa," ujar Defi Fitriani.
"Yang mengantarkannya guru kelas 2 orang, bagian kesiswaan dan sopir dari sekolah," tambahnya.
Sementara itu Faeyza (11) yang kini duduk di kelas 6 mengungkap kejadian pengusiran dirinya dan kedua saudaranya dari sekolah.
Ia bahkan mengungkap ucapan pimpinan yayasan saat mengusirnya dari sekolah.
Ia sempat disindir oleh pemilik yayasan sekolah sebelum diusir.
"Ngapain ini sekolah lagi, belum bayar SPP juga, sudah banyak tagihannya," ujar sang siswa SD tersebut.
"Itu yang ngomong siapa?" tanya pewarta.
"Yang punya sekolahnya. Bukan (kepala sekolah)," ujar sang siswa SD.
Setelah kejadian itu, sebagai seorang ibu Defi Fitriani mengaku syok sekaligus sedih atas nasib yang dialami anak-anaknya.
Defi juga mengungkap betapa hancurnya hati 3 anaknya itu karena tak bisa lagi melanjutkan sekolah.
Terlebih anak pertama Defi kini sudah kelas 6 SD.
Sebentar lagi ia akan mengikuti ujian akhir untuk bisa melangkah ke jenjang pendidikan SMP.
"Sedih, hancur yah, orang tua mana yang bisa melihat anak lagi senang belajar tiba-tiba dipulangkan paksa, perasaan saya hancur," ungkap Defi.
Begitu juga dengan kondisi 3 siswa SD Pandeglang tersebut. Setelah guru yang mengantarnya pulang, mereka menangis sesenggukan.
"Setelah guru pulang mereka ikut nangis. Mereka tanya kapan bisa sekolah lagi," ungkap Defi.
Profesi Sang Ayah
Diketahui alasan 3 siswa SD kakak beradik itu diusir dari sekolah karena menunggak biaya SPP hingga Rp 42 juta.
Sontak hal itu pun membuat profesi ayah ketiga siswa SD itu jadi sorotan.
Setelah ketiga anaknya diusir, sang ayah, Muhammad Fahat tak bisa berbuat apa-apa.
Sebab Fahat memang menyadari bahwa ia tidak mampu membayar tunggakan SPP senilai puluhan juta tersebut.
"Dari mereka (pihak yayasan) alasannya karena ada tunggakan pembiayaan, sekitar Rp 42 juta untuk tiga anak," ujar Fahat.
Fahat, Sosok Ayah dari 3 Siswa SD Pandeglang Diusir dari Sekolah, anaknya menunggak bayar SPP Rp 42 juta
Alih-alih mengungkap alasan tak bisa membayar tunggakan bayaran SPP anaknaya, Fahat pun mengurai pekerjaan dan profesinya sehari-hari.
Berani menyekolahkan anaknya di sekolah swasta ternama, Fahat nyatanya hanya seorang buruh serabutan.
Diungkap Fahat, penghasilannya hanya cukup untuk makan saja.
"Dari mana (uang)? kerja aja sekarang serabutan. Cukup buat sehari-hari aja sudah alhamdulillah. Apalagi untuk melunasi pembiayaan itu," ujar Fahat.
Siswa Berprestasi
Setelah kejadian pengusiran itu, Defi Fitriani, ibu ketiga siswa SD itu tampaknya belum menerima dikeluarkan dari sekolah.
Sebab Defi mengaku bahwa anak-anaknya adalah sosok yang cerdas dan berprestasi.
Ia mengungkap anaknya yang pertama adalah penghafal Al Quran hingga hafal 30 juz dan telah diwisuda bahkan mendapat predikat terbaik.
Selain itu anaknya yang kedua juga sama-sama penghafal Al Quran.
Namun, karena diusir dari sekolah, anaknya tersebut yang sudah hafal Al Quran itu pun seharusnya diwisuda.
"Untuk yang kedua pun waktu dinonaktifin harusnya ikut wisuda juz 30 juta cuma karena dinonaktifin jadi enggak (wisuda)," beber Defi.
Lebih lanjut Defi mengungkap bahwa anak keduanya juga punya ketertarikan lebih di bidang matematika.
Selain itu, ketiga anaknya punya prestasi gemilang di bidang agama.
"Banyak prestasinya untuk anak kedua matematikanya menonjol. Anak ketiga dari tilawatil sempat dapat predikat tilawatil terbaik. Alhamdulillah anak-anak saya berprestasi di sekolah," ungkap Defi.
Sementara itu, kasus 3 siswa SD diusir dari sekolah ini hingga kini belum mendapat kejelasan.
Hingga artikel ini dimuat pihak sekolah pun belum memberikan klarifikasi atas tindakan pengusiran tiga siswanya tersebut
Sumber: Wartakota