Operasi itu, menurut Dan Sabbagh, editor pertahanan the Guardian, tidak seperti serangan rudal dan pesawat nirawak yang sudah diketahui banyak orang pada April.
Kecepatan tinggi rudal Iran membuat senjata balistik sulit dicegat. Meski dari laporan awal belum ada laporan korban jiwa dari sisi Israel.
Di wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat menunjukkan meskipun banyak rudal yang diluncurkan, namun terlihat sebuah kegagalan militer penangkal Israel.
Rudal Emad dan Ghadr milik Teheran yang digunakan awal tahun ini, diperkirakan melaju enam kali kecepatan suara saat mengenai sasaran atau lebih, dan membutuhkan waktu 12 menit untuk terbang dari Iran. Hal itu berarti lebih dari 4.600 mph.
Namun Iran kini dilaporkan telah mengerahkan Fatteh-2 yang lebih cepat, hipersonik. Kecepatan maksimum diperkirakan mencapai 10.000 mph.
Iran diperkirakan memiliki sekitar 3.000 rudal balistik, meskipun perhitungan awal dilakukan oleh AS dua setengah tahun lalu, jadi jumlahnya mungkin lebih tinggi.
"Teheran pasti ingin mempertahankan sebagian besar stoknya jika konflik dengan Israel semakin meningkat menjadi perang besar-besaran," tulis editor.
Menembakkan begitu banyak rudal balistik dalam beberapa menit juga merupakan upaya serius untuk mengalahkan atau menguras pertahanan udara Israel.
Menghentikan rudal balistik saat terbang merupakan tugas sistem jarak jauh AS-Israel Arrow 3 dan Arrow 2. Sistem itu pertama kali digunakan selama perang Israel-Hamas, yang didukung oleh sistem David's Sling jarak menengah.
"Iron Dome kerap digunakan untuk intersepsi jarak pendek yang ditembakkan oleh Hamas dari Gaza," kata Sabbagh.
Pada April, seorang mantan penasihat keuangan kepala staf IDF mengatakan bahwa rudal Arrow biasanya berharga 3,5 juta juga dolar AS (£2,8 juta) sekali tembak, dan rudal pencegat David Sling berharga 1 juta dolar (£800.000/poundsterling).
Karena itu menyetop 100 rudal atau lebih akan menghabiskan biaya ratusan juta dolar – meskipun rudal itu sendiri akan menelan biaya Iran sebesar 80 ribu poundsterling atau lebih.
Saat itu, menteri luar negeri Teheran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan bahwa pihaknya telah memberi tahu negara-negara tetangga 72 jam sebelum penyerangan atau dua pekan setelah Israel mengebom kedutaan besar Iran di Damaskus.
Kali ini, Iran bertindak beberapa hari setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah pada hari Jumat.
Meskipun demikian, peringatan bahwa serangan akan terjadi pada Selasa mulai beredar dari sumber-sumber AS beberapa jam sebelum rudal diluncurkan.
Tidak jelas bagaimana informasi itu diperoleh, tetapi mungkin berasal dari citra satelit, penyadapan komunikasi, atau pemberitahuan diplomatik. Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Iran memberi tahu Rusia sebelum serangan itu.
Tidak segera jelas berapa banyak rudal Iran yang mengenai tanah; dalam serangan pada April lalu. Dari 120 rudal balistik yang ditembakkan Iran, hanya sembilan yang berhasil menembus, menyebabkan kerusakan kecil pada dua pangkalan udara, yang berarti dalam istilah militer yang sempit bahwa serangan itu juga merupakan kegagalan.
Iran telah menggunakan lebih dari 300 pesawat nirawak, rudal jelajah, dan balistik pada serangan bulan April. Namun menurut Sabbagh, pada serangan Selasa (1/10/2024), Teheran tidak lagi menggunakan pesawat nirawak yang bergerak lebih lambat.
Pesawat nirawak tersebut dianggap tidak efektif terhadap lawan dengan sistem pertahanan udara yang canggih. Iran mungkin juga tidak menggunakan rudal jelajah.
"Pesawat nirawak Shahed, yang juga banyak digunakan oleh Rusia di Ukraina relatif lambat dan dapat dengan mudah ditembak jatuh oleh jet tempur," kata editor the Guardian.
Rudal jelajah mengandalkan kemampuan manuver untuk menghindari pertahanan udara, tetapi juga lambat dibandingkan dengan senjata balistik. Rudal jelajah Paveh milik Iran melaju dengan kecepatan sekitar 500mph.
Ukraina, yang terus-menerus diserang rudal dan pesawat nirawak Rusia sejak dimulainya invasi besar-besaran, merilis tingkat intersepsinya sendiri pada Agustus.
Panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengatakan bahwa sementara 63% pesawat nirawak berhasil dicegat dan 67% rudal jelajah berhasil dihentikan, angka itu turun menjadi 4,5% jika menyangkut rudal balistik Rusia.
Sumber: republika.