GELORA.CO - Pemimpin Umum sekaligus Editor di Floresa.co, Ryan Dagur, mengecam keras tindakan polisi yang melakukan penangkapan, penganiayaan dan pengancaman terhadap Pemimpin Redaksi Floresa.co, Herry Kabut, Rabu (2/10).
Ryan mengatakan, tindakan polisi tersebut telah mengancam kebebasan pers. Ryan menceritakan, Herry ditangkap polisi saat sedang mengambil gambar aksi warga Poco Leok, Manggarai, yang menolak proyek Geothermal di wilayah mereka.
"Nah waktu itu dia berusaha untuk memvideo dan memfoto warga yang ditangkap oleh polisi, saat itulah kemudian polisi mengamankan dia, dengan alasan bahwa Herry tidak membawa ID pers atau kartu pers. gitu nah walaupun dia waktu itu berusaha untuk menjelaskan bahwa dia adalah pemrednya Floresa dan dia juga menunjukkan kepada polisi bahwa di websitenya Floresa dia sebagai pemred, mereka tetap menangkapnya," kata Ryan kepada KBR, Kamis (3/10/2024).
Ryan menjelaskan, Herry ditangkap oleh polisi sekitar 5 jam, sejak pukul 13.00 WITA, dan dibebaskan pada 18.00 WITA. Selama penangkapan, Herry diduga mendapatkan tindak kekerasan, sebab terdapat luka lebam di kepala dan leher Herry.
Ryan menyebut, semua rekan Herry tidak bisa berkomunikasi dengannya selama dia ditangkap, sebab ponsel milik Herry diambil alih oleh aparat.
"Selama diambil alih oleh polisi menurut Herry, mereka mengechat semua isinya, termasuk chat-chatnya di WhatsApp. Dan bahkan ketika ada wartawan yang sempat menanyakan ke dia kabarnya, nah polisi itu yang menyuruh dia membalas pesan itu, dan mereka mendikte jawabnya kayak gimana,” tutur Ryan.
“Nah misalnya kemarin itu ada wartawan yang tanya dia, lalu Herry tiba-tiba menjawab bahwa dia sedang aman-aman saja. Nah itu padahal jawaban yang dia buat di bawah tekanan polisi," imbuhnya.
Ryan melanjutkan, sebelum dibebaskan oleh polisi, Herry pun sempat mendapat intimidasi agar membuat klarifikasi lewat video, bahwa dia hanya diamankan saja dan diminta memberikan keterangan oleh polisi.
"Membuat klarifikasi lewat video bahwa dia diamankan bukan ditangkap oleh polisi, dan juga meminta maaf, dan yang kedua adalah dia dibawa ke polres Manggarai di sana memberi klarifikasi kepada polisi,” terang Ryan.
“Nah Herry sempat berpikir-pikir tentang itu sehingga akhirnya dia memutuskan untuk membuat video di lokasi. Dia mencemaskan keamanannya sendiri. Nah setelah itu kemudian polisi melepasnya," tambahnya.
Sebelumnya, empat warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai dan Pemimpin Redaksi Floresa, Herry Kabut dibebaskan aparat usai beberapa jam ditempatkan di sebuah mobil saat aksi unjuk rasa menentang proyek geothermal.
Herry bersama beberapa warga Poco Leok ditangkap aparat pada 2 Oktober saat unjuk rasa memprotes pengukuran lahan untuk proyek geotermal, bagian dari proyek strategis nasional di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sumber: kbr