GELORA.CO -Petani garam Demak menghadapi tantangan harga jual garam produksi di pasaran murah serta sulit mendapatkan pasar sampai ke luar daerah.
Padahal, kualitas garam asal Demak tak kalah dibandingkan hasil daerah-daerah lainnya.
Keluhan ini menjadi kendala merugikan para petani garam. Salah satunya Abdul Salam, petani tambak garam asal Desa Tedunan, Wedung.
Menurutnya, jika harga jual murah biaya produksi dan keuntungan didapatkan jauh sehingga petani rugi.
Dalam menjual pun dirasa sulit, garam Demak sering dipandang kualitasnya jelek dan tidak laku di luar daerah.
"Ya, mau gimana? Jualnya akhirnya cuma di daerah-daerah Demak saja. Di Jepara tetangga atau Kudus istilahnya cuma nyebrang, kita nggak dapat apa-apa. Yang laku garam krosok dari Rembang, padahal kualitasnya biasa saja. Tetapi, kita sekarang coba menawarkan online mayan," tutur Abdul dikutip Kantor Berita RMOLJateng, Sabtu (5/10).
Tantangan bagi para petani garam akan semakin berat waktu musim penghujan tiba. Saat-saat seperti sekarang, petani garam kudu pintar-pintar mengatur produksi demi produksi jalan terus tanpa terhambat musim hujan. Alhasil produksi dikebut. Demi tuntutan stok garam siap selama musim penghujan, para petani mesti kerja keras memproduksi besar-besaran agar stok tersedia cukup serta tinggal menjual saja.
Abdul Salam melanjutkan ceritanya, pengen seandainya mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Dengan keterbatasan dihadapi, ia berharap, nasib petani garam terangkat jika pemerintah dapat membantu memberikan pendampingan maupun bantuan demi kelangsungan hidup dan masa depan produksi usaha mereka.
"Mbok menawi (kalau mungkin-red) pemerintah membantu memperkenalkan garam Demak kita sangat senang sekali. Harapan kami, produksi kita laris manis laku dimana-mana. Kami akui sulit terutama dalam memasarkan, kita selalu kalah dengan produk-produk daerah lain. Harga juga berbeda jauh, garam-garam daerah lain lebih mahal ya laku. Sementara kita harganya murah nggak laku," cerita Abdul sambil menceritakan keinginannya
Sumber: RMOL