GELORA.CO - Eskalasi ketegangan terjadi antara Iran dan Israel. China diduga kuat memberi dukungan kepada Iran lantaran adanya kepentingan besar mereka.
Iran pada pekan ini menghujani ibu kota perekonomian Israel Tel Aviv dengan ratusan rudal. Israel dan sekutu dekatnya Amerika Serikat (AS), naik pitam dan berencana balas dendam.
Menurut Guru Besar FIB UI dan pakar Timur Tengah, Yon Machmudi, jika Iran kalah maka yang akan terkena imbas negatif salah satunya adalah China.
"Minyak Iran itu banyak digunakan oleh China. Karena China adalah negara yang membutuhkan, masih sangat membutuhkan energi. Minyak yang lebih murah dan itu didapatkan dari Iran. Kalau Iran dalam kondisi hancur, maka yang rugi itu adalah negara-negara besar. Rusia, kemudian China," ujar Yon pada podcast DipTalk yang tayang di YouTube kumparan.
Yon menjelaskan sebenarnya kedekatan Iran dan China sudah terlihat beberapa tahun terakhir, dengan adanya latihan perang bersama dua negara yang digelar di wilayah sensitif.
"Dua sampai tiga tahun belakang, itu kan ada latihan perang yang intensif itu antara Iran dengan China. Itu kan suatu fenomena yang kita tidak bisa pungkiri dalam kondisi yang masih damai. Dua negara besar itu melakukan latihan perang di laut, latihan perang antara kedua negara itu di Teluk Persia," kata Yon.
"Padahal Teluk Persia itu adalah wilayah yang paling sensitif. Jadi kalau Iran membawa sekutunya ke wilayah itu, itu juga ada tanda-tanda juga pamer kekuatan," jelas dia.
Dia kemudian menjelaskan kapal perang China juga berada di perairan Timur Tengah. Yon memprediksi China bisa saja menggunakan kapal perangnya di Timur Tengah bila kepentingannya mulai terusik.
"Sewaktu-waktu apabila kepentingannya terganggu, itu juga mudah sekali digerakkan. Kalau kita lihat kondisi terakhir China itu pas kemunduran Amerika dari kawasan itu, China masuk ke wilayah kawasan Timur Tengah. Jadi kalau filosofinya China itu kan ketika musuh itu maju, dia mundur," ucap Yon.
"Begitu musuh mundur, dia akan maju menguasai wilayah itu. Dan ketika wilayah itu dikuasai secara ekonomi, maka China juga harus bisa mempertahankan secara militer. Karena itu menyangkut masa depannya," kata dia.
Selain itu, faktor pendukung lainnya kenapa Iran begitu mesra dengan China adalah kerja sama ekonomi yang begitu meluas. Dengan adanya hal itu, kata Yon, China punya alasan semakin kuat untuk membela Iran.
"Maka untuk memproteksinya mau tidak mau juga China harus menggunakan cara-cara militer walaupun itu di belakang ya. Kalau Amerika kan militernya di depannya. Kalau China sebaliknya. Diplomasi dulu tapi militernya juga back up," pungkas Yon.
Sumber: kumparan