Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, Kes
Frasa "hamil tua" dalam judul di atas tentu bukan diarahkan untuk kembali membahas Erina Gudono (EG), istri dari Kaesang Pangarep (KP), anak presiden Joko Widodo (JW) yang terciduk difasilitasi (baca: patut diduga gratifikasi) oleh COO SEA Limited Gang Ye, yang juga sedang viral dan ditunggu keberanian KPK untuk mengusutnya itu, tetapi lebih kepada kondisi bangsa Indonesia yang baru saja merayakan hari jadinya ke-79 pada 17 Agustus 2024 lalu.
Harap diingat, kasus yang sangat kental ada trading in influence di atas terjadi karena GY banyak melakukan bisnis di Indonesia, terutama di kota Solo, tempat dimana Gibran Rakabuming Raka (GR),-anak dari JW sekaligus kakak dari KP, yang disebut-sebut "bukan Pejabat negara" itu menjabat sebagai Walikota.
Jadi EG dan KP sebagai bagian dari keluarga JW tidak usah Gede Rasa alias "GR" dulu, karena tulisan ini tidak (atau hanya belum) membahas kasus private jet yang sangat cetho welo-welo itu.
Namun, justru mencermati ulah akun di KasKus bernama "Fufufafa" yang semakin hari makin dibongkar identitas aslinya oleh netizen +62.
Dan kesemuanya sangat bisa dipastikan mengarah pada sosok GR, kakak dari KP yang juga merupakan anak dari JW sekaligus Wakil Presiden terpilih RI dari Pemilu 2024.
Jadi Judul kalimat "Ibu Pertiwi kembali Hamil Tua" ini sekali lagi mengingatkan kita pada tulisan saya pada 1 Februari 2024 lalu berjudul, "Ibu Pertiwi sedang Hamil Tua". Tulisan itu menceritakan ketika (almarhum) H Rosihan Anwar (10/05/1922 – 14/04/2011), seorang sejarawan, sastrawan, budayawan dan calon anggota Konstituante (mewakili PSI asli alias Partai Sosialis Indonesia, bukan yang "Partai Salah Input", menulis buku "Sebelum Prahara Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965" yang diterbitkan Penerbit Sinar Harapan pada tahun 1980.
Saat itu atau sekitar 44 tahun lalu saja masih banyak masyarakat yang terus terang belum benar-benar bisa memahami apa yang dirasakan oleh beliau dan rakyat Indonesia. Sebab, ketika peristiwa aslinya terjadi menjelang G-30S/PKI th 1965 memang banyak generasi sekarang yg belum lahir, utamanya adalah milenial, apalagi Gen Z.
Jadi, ketika hari-hari ini masyarakat Indonesia kembali was-was akan bangkitnya gerakan sejenis, bukan G30S-PKI namanya terapi G22S-OWI, tentu masih banyak yang belum engeuh akan "Nogo Dino" alias "tanda-tanda alam semesta" yang merupakan persatuan dari dua alam sebagaimana sering saya sebut "Manunggaling Kalih Jagat" dalam tulisan-tulisan sebelumnya.
Artinya, kalimat "Ibu Pertiwi sedang Hamil Tua" yang disitir oleh Rosihan Anwar tersebut sebenarnya berlatar belakang kondisi situasi politik saat itu (1965) dimana Anwar Sanusi (dari PKI, partai yang sekarang terlarang) dalam sambutannya pada penutupan Latihan Sukwan Bantuan Tempur BNI.
Saat itu, Rosihan Anwar menyampaikan, "Kita sekarang berada dalam situasi di mana Ibu Pertiwi sedang dalam keadaan hamil tua. Sang paraji, sang bidan sudah siap dengan segala alat yang diperlukan untuk menyelamatkan kelahiran Sang Bayi yang lama dinanti-nanti.
Sang bayi yang akan lahir dari kandungan Ibu Pertiwi itu adalah suatu kekuasaan politik yang sudah ditentukan dalam manipol, yaitu kekuasaan gotong-royong yang berporoskan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) bersoko-guru buruh dan tani.”
Saat ini, kondisi sosial-politik Indonesia memang belum bisa 100 persen disamakan dengan situasi saat itu, bahkan dimiripkan dengan kondisi hari-hari terakhir Orde Baru pada Mei 1998. Namun, embrio-embrionya sudah mulai terasa di masyarakat.
Kondisi ini bukan tidak mungkin akan membuat rakyat selaku The Silent Majority ikut bergerak bilamana memang kontraksi (bak bayi yang akan lahir) ini sudah terasa sampai ke pelosok negeri. Bagaimanapun juga, gerakan rakyat laksana "Manunggaling Kawula Gusti" di Indonesia. Ini sudah terbukti ampuh untuk mengehentikan niat buruk (seperti yang barusan mau dilakukan Baleg DPR-RI sebagai pelaksana kekuatan jahat di belakangkanya) ketika akan membegal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60 dan Nomor 70 kemarin. Bahkan, bisa saja akan menurunkan rezim yang dirasa mulai melenceng oleh masyarakat dan hal tersebut tidak akan bisa dibendung bilamana "wis wayah e" (JW). Yang artinya, sudah waktunya menurut semesta.
Inilah yang terjadi pada kasus akun di KasKus bernama Fufufafa yang sudah tidak sekadar trending topic di dalam negeri saja, namun sudah menjadi pemberitaan resmi di media media mancanegara dan sebagian besar mereka pun sudah cerdas untuk berkesimpulan sama dengan netizen +62 yang juga sudah saya pastikan juga, bahwa akun Fufufafa tersebut sulit dilepaskan lagi terkait sangat erat dengan akun-akun yang sudah dipastikan kepemilikanya sebelumnya, yakni Chilli_Pari, Raka Gnarly, @rkgbrn, @kaesangp hingga @jokowi.
Terakhir, bahkan sudah terungkap juga, meski oleh anonimus account, nomor ponsel yang selama ini dipakai oleh GR terbukti terhubung ke akun Fufufafa di KasKus tersebut dan bahkan sudah dilakukan pengujian oleh banyak netizen, termasuk media untuk membuktukan kesahihannya.
Kondisi tersebut saat ini meski sudah dilakukan upaya penghilangan barang bukti berupa upaya penghapusan sekitar 2100 postingan dari sekitar 5000-an postingan sebelumnya yang sebagian besar berisi ujaran kebencian, caci maki, celoteh bocah tidak bermoral alias kampungan dan cenderung porno, sampai-sampai ada seorang sekelas menteri yang seharusnya tupoksinya bukan soal itu, yakni Menkominfo Budi Arie Setiadi yang sudah "tidak malu pasang badan" dengan statement-statement konyolnya alias sangat tidak ilmiah atau omong doang allias OmDo sehingga tidak dipercaya oleh masyarakat. Sampai-sampai netizen +62 menggunakan istilah yang (maaf) agak vulgar yakni "Ada menteri yang ditugasin mencebokin keluarga". Terwelu.
Ini artinya, saat ini sudah tidak perlu lagi pembuktian teknis lagi. Sebab, secara sah dan meyakinkan sudah "cetho welo welo" bahwa akun Fufufafa yang sangat viral karena ujaran kebenciannya, terutama kepada sosok presiden terpilih RI bapak Prabowo Subianto beserta keluarganya selain kepada pihak lain seperti pak SBY, mas Anies Baswedan, artis-artis ternama hingga partai, adalah benar sosok yang selama ini diungkap oleh para "Private Investigator" oleh netizen +62 yang "Maha Benar karena Cuitannya".
Sangat sulit terbantahkan lagi secara ilmiah, kecuali ada pihak yang "dikorbankan" menjadi "kambing hitam" atau sekadar pembelaan secara tidak ilmiah atau kampungan belaka.
Kesimpulannya, pelantikan presiden dan pergantian rezim tunggal menghitung hari, ibarat ibu yang sedang mengandung sudah hampir mencapai usia di atas 8 bulan (sekalilagi ini bukan hanya sekadar boleh tidak naik pesawat). Artinya, sudah dalam kondisi hamil tua.
Dalam situasi ini apapun masih bisa terjadi. Misalnya, kelahiran premature akibat keguguran sang bayi karena kondisi tertentu yang dialami oleh sang ibu yang mana bisa saja membahayakan untuk bayi dan ibunya.
Seandainya Ibu Pertiwi ini adalah yang digambarkan Rosihan Anwar sebagai Tanah Air kita Indonesia, apakah bisa gara-gara ulah tidak terpuji si Fufufafa, kondisinya menjadi seperti deja vu pada tahun 1965 atau 1998 silam?
Tentu apapun yang terjadi, kita tetap berharap lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, selamatkan rakyat dan negara Indonesia, utamanya tidak terjadi apa apa jika harus membongkar siapa di balik Fufufafa.
(Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen)