Itu lantaran tidak sedikit ramalan-ramalan tersebut yang terbukti dan terjadi di masa kini.
Ramalan-ramalan tersebut dituangkan Prabu Jayabaya melalui sejumlah karya-karyanya, termasuk primbon Jawa.
Namun yang paling dikenal publik adalah kitab ramalan Jongko Joyoboyo.
Dalam ramalan Joyoboyo tersebut, termuat banyak sekali gambaran peristiwa yang berkenaan dengan masa depan.
Bukan saja berkaitan dengan bangsa Indonesia di masa depan, melainkan juga masa depan duniia.
Salah satunya adalah ramalan tentang adanya kendaraan yang bisa terbang di udara di masa depan.
Lalu ada juga ramalan Jayabaya tentang 'Pasar Ilang Kumandhang'.
Banyak yang mengartikan hal ini sebagai momen ketika di pasar sudah tidak ada lagi tawar-menawar.
Dan faktanya, saat ini sudah menjamur keberadaan supermarket dimana pembeli tidak lagi bisa menawar harga.
Sebab pada barang-barang tersebut sudah tertera harga yang harus dibayar.
Ditambah dengan semakin kuatnya pasar e-commerce atau belanja online.
Dimana juga sudah tidak ada lagi proses tawar menawar, ditambah tanpa ada interaksi antara pembeli dan penjual secara langsung.
Ibu Kota Pindah ke IKN
Terbaru, pemerintah telah memutuskan memindahkan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Ibu Kota Nusantara atau IKN.
Peristiwa ini juga dibarengi dengan pro-kontra di tengah masyarakat.
Wacana pemindahan ibu kota negara sejatinya sudah diwacanakan saat kepemimpinan Presiden Soekarno.
Namun wacana tersebut baru terealisasi di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Proses pembangunan IKN pun sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
Bahkan kesiapan IKN ditandai dengan penyelenggaraan upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 di Ibu Kota Nusantara.
Pemerintah juga sudah menyiapkan infrastruktur, sarana dan prasarana penunjang lainnya sebagai kota pemerintahan.
Selain itu, proses pemindahan secara bertahap juga sudah mulai dilakukan dalam waktu dekat ini.
Dimana bangunan dan gedung-gedung pemerintahan serta hunian sudah siap dihuni.
Zaman Kolobendo
Dikutip Pojoksatu.id dari kanal Youtube Esa Produkction, berdasarkan ramalan Jayabaya, ada sejumlah peristiwa penting yang terjadi di Indonesia setelah ibu kota pindah ke IKN.
Disebutkan bahwa sejumlah peristiwa tersebut akan menentukan nasib dan masa depan bangsa serta rakyat Indonesia.
Salah satunya disebutkan bahwa Indonesia masuk zaman Kolobendo.
Sebagaimana menurut Condro Sengkolo, zaman Kolobendo bertepatan dengan tahun 1997.
Demikian bunyi aslinya:
Intenono Nuswantoro bakal ketampan bendu
Yen wis teko pandito ambuka wiwaranging Neroko
Pralambange jago tarung ning njero kurungan
Dalang wayang ngungkurke kelir
Sing nonton podo nangis
Entenono waluyo lan tentreme
Mengko nek wis tumeko Pendowo Mulat Sirnaning Penganten.
Zaman Kolobendo sendiri diartikan sebagai zaman atau era yang carut marut dengan segala macam permasalahan yang kompleks.
Demikian kira-kira artinya:
Tunggulah, nusantara akan mendapatkan bencana
Jika sudah datang tahun 1997
Perlambangnya adalah ayam jantan bertarung di dalam kurungannya
Sang dalang menggelar sandiwara
Yang menonton menangis
Tunggulah jaman kemakmuran dan ketentraman
Nanti jika sudah datang Tahun 2025
Nah, zaman Kolobendo itu sendiri diakhir dengan datangnya zaman Kolosubo, yang menurut Condro Sengkolo adalah tahun 2025.
Zaman Kolosubo
Zaman Kolosubo sendiri dimaknasi sebagai zaman atau era yang bisa memberikan kesejahteraan dan kemakmuran kepada bangsa Indonesia.
Dimana pemimpin nusantara tidak lagi jadi boneka atau wayang yang dikendalikan oleh orang lain di balik layar atau oleh bangsa asing.
Banyak yang mengaitkan hal ini dengan kepindahan ibu kota negara ke IKN yang sudah akan dimulai.
Juga dengan adanya perpindahan tampuk kepemimpinan bangsa yang akan dilakukan pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Namun demikian ini hanyalah sebuah ramalan yang multi interpretasi atau penafsiran.
Meski begitu, hal ini juga tidak lepas dari harapan bangsa Indonesia untuk mencapai titik kejayaan, kesejahteraan dan kemakmuran.
Yang pasti, setiap waktu akan selalu ada tantangan dan rintangan.
Dan yang harus menuntaskannya tentu saja adalah seluruh rakyat Indonesia yang harus bersama dan bersatu padu.
Sumber: pojoksatu