Menteri Rosan Ungkap Alasan Tesla Enggan Berinvestasi di Indonesia, Ternyata ini Penyebabnya

Menteri Rosan Ungkap Alasan Tesla Enggan Berinvestasi di Indonesia, Ternyata ini Penyebabnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan alasan Tesla, perusahaan mobil listrik milik Elon Musk, ogah berinvestasi di Indonesia.

Menurut Rosan, alasannya karena industri di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, di Indonesia seluruh industri masih bergantung pada energi berbahan bakar fosil, seperti bensin hingga batu bara.

Hal itu, kata Rosan, sangat tidak sejalan dengan misi Tesla yang memang berkomitmen kuat terhadap energi bersih. Itu menjadi alasan Tesla untuk mengalihkan investasi ke negara lain.

"Kebetulan saya involve (terlibat) langsung pembicaraan dengan Tesla. Salah satu alasan mereka mengalihkan investasinya bukan ke kita itu karena kita sebagai EV car semua ingin bersih," kata Rosan saat Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/9).

"Kalau mereka masuk ke kawasan industri kita, tapi industrinya masih dari fosil, fuel, energi kayak coal, tidak in line dengan visinya mereka. Ini yang tidak bisa kita pungkiri, ke depannya bisa seperti itu," lanjutnya.

Menurut Rosan, hal itu menjadi pekerjaan rumah (PR) yang besar bagi Indonesia karena secara global telah menaruh perhatian lebih terhadap keberlanjutan penggunaan energi bersih.

Dia mencontohkan Vietnam yang saat ini menjadi lokasi favorit baru para investor untuk menanam modalnya. Rosan mengatakan, di Vietnam saat ini kawasan industrinya dibangun dengan energi bersih. Seperti dari hydro, tenaga surya, hingga angin.

"Ini yang kita tidak bisa pungkiri ke depan harus seperti itu. Kita ini mohon maaf, agak tertinggal. Saya contohkan satu company di Singapura, Sembcorp. Dia sudah punya 13 di Vietnam, kawasan eco di Vietnam. Dia akan buka lagi 18, 2–3 bulan ke depan. Dari situ sebagian besar 70 persen clean energi. Sehingga investasi ke Vietnam lebih deras," jelasnya.

Sebelumnya, Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa suplai kendaraan listrik (EV) Tiongkok yang berlebih menjadi pertimbangan CEO Tesla Elon Musk untuk menunda berinvestasi kendaraan listrik ke mana pun. Termasuk ke Indonesia.

"Kelihatan EV China oversupply, harganya China lebih murah dari mereka (Tesla). Jadi, dia (Elon Musk) masih menunggu beberapa waktu untuk berpikir investasi di mana pun," ujar Luhut usai peluncuran buku Citarum Harum di Badung, Bali, Senin (20/5).

Bahkan, lanjut Luhut, pabrik Tesla di Meksiko dan Jerman pun mengurangi produksi mereka. Langkah tersebut diambil Elon Musk setelah mempertimbangkan kondisi dari pasar dunia.

"Jadi, mereka masih melihat pasar dunia. (Setelah) lebih tenang, nanti baru mereka akan masuk," kata Luhut.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan bahwa keputusan Tesla untuk berinvestasi di Malaysia adalah karena stabilitas politik yang dibawa oleh Pemerintah Persatuan. Rencananya, Tesla akan mendirikan kantor pusatnya di Malaysia.

“Ketika pemerintah persatuan muncul, ada stabilitas politik. Ketika iklim politik stabil, orang pasti akan datang,” kata Anwar saat upacara pembukaan karnaval Otoritas Pembangunan Tanah Federal (FELDA), seperti dikutip dari Channelnewsasia, Minggu (30/7).

Anwar bahkan bercerita cukup sulit untuk membuat Elon Musk tertarik berinvestasi di negaranya. Apalagi, sebelumnya permintaan Malaysia untuk bertemu dengan Elon diduga sempat diabaikan.

Namun, kata Anwar, setelah iklim politik stabil terjadi, justru pemilik SpaceX sendiri yang menyatakan kesiapannya untuk berinvestasi di Malaysia.

Sumber: jawapos
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita