GELORA.CO - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana untuk menggunakan sisa masa jabatannya untuk memastikan Ukraina berada dalam posisi yang kuat dalam konfliknya dengan Rusia.
Rencana ini disampaikan oleh Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional, dalam sebuah forum yang diadakan secara daring di Kyiv, ibu kota Ukraina pada hari Sabtu, 14 September 2024.
Menurut Sullivan, Biden akan melakukan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Majelis Umum PBB yang akan digelar di New York pada akhir bulan ini.
Pertemuan ini akan menjadi kesempatan penting untuk membahas dukungan berkelanjutan dari Amerika Serikat kepada Ukraina. Sullivan menekankan bahwa Biden ingin memastikan Ukraina mendapatkan bantuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada.
Dalam pernyataannya, Sullivan menjelaskan bahwa Presiden Zelenskyy telah mengungkapkan keinginannya agar perang ini diakhiri melalui negosiasi di masa depan.
Namun, Sullivan menegaskan bahwa Ukraina harus tetap kuat dan memiliki posisi yang baik dalam setiap pembicaraan dengan Rusia. Artinya, meskipun negosiasi mungkin diperlukan untuk mengakhiri konflik, Ukraina harus berada dalam posisi yang menguntungkan untuk melindungi kepentingannya.
"Presiden Zelenskyy telah mengatakan bahwa pada akhirnya perang ini harus diakhiri melalui negosiasi, dan kami membutuhkan mereka untuk bersikap kuat dalam negosiasi tersebut," kata Sullivan, dilansir dari Anadolu Ajansi pada Selasa, 17 September 2024.
Pengumuman ini datang setelah adanya pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh Uni Emirat Arab. Sementara itu, serangan Rusia masih terus berlangsung di Ukraina timur, menambah tantangan yang dihadapi oleh negara tersebut.
Sullivan juga mengakui adanya keterlambatan dalam pengiriman bantuan dari AS ke Ukraina. Ia menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh tantangan logistik dan bukan karena kurangnya kemauan politik dari Amerika Serikat.
“Ini bukan masalah kemauan politik. Mengingat apa yang dihadapi Ukraina, kita harus berbuat lebih banyak dan kita harus berbuat lebih baik,” ungkapnya.
Menjelang pemilihan presiden AS yang akan datang, kebijakan terhadap Ukraina mungkin akan mengalami perubahan tergantung pada siapa yang terpilih sebagai presiden berikutnya.
Saat ini, Wakil Presiden Kamala Harris kemungkinan akan melanjutkan kebijakan Biden jika dia terpilih. Namun, mantan Presiden Donald Trump, salah satu kandidat dari Partai Republik, telah menunjukkan sikap yang lebih pro-Rusia dan ingin agar konflik segera berakhir, meskipun ada perbedaan dalam pendekatan.
Dengan masa jabatan Biden yang akan berakhir pada bulan Januari, ia dikenal sebagai presiden "lame duck" atau presiden yang sedang menunggu masa jabatannya berakhir. Dalam konteks politik domestik, Biden telah memutuskan untuk keluar dari pencalonan presiden setelah penampilan buruk dalam debat bulan Juni melawan Trump.
Sebagai gantinya, Biden mendukung Kamala Harris sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.
Sumber: viva