Inisial M Aktor Intelektual Kejahatan Pilpres 2024

Inisial M Aktor Intelektual Kejahatan Pilpres 2024

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - RUANG Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII) yang terletak di Kampus Legendaris Lantai 3 Jalan Cik Ditiro No 1 Kota Yogyakarta pun sontak bergemuruh menjawab siapa sosok isisial M yang diduga menjadi aktor intelektual kejahatan Pilpres 2024, sesuai dengan topik diskusi dan nonton bareng film "Dirty Election" karya APDI (Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia) yang diselenggarakan pada Sabtu (31/8) pukul 10.00-14.00 WIB.

Seperti sudah menjadi rahasia umum dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi, sosok inisial M inilah biang kerok selain kejahatan Pemilu 2024 juga kemunduran demokrasi secara drastis pasca reformasi 1998, terutama 10 tahun terakhir. 

Rasanya belum kering cucuran darah almarhum Moses Gatotkaca (Pahlawan Reformasi dari Yogyakarta) yang gugur di seputaran Gejayan, sekitar 5 km. Namun kini perjuangan pahlawan reformasi tersebut sudah seperti diingkari oleh ulah inisial M, terwelu.

Belum lagi korban-korban pahlawan reformasi dari Jakarta yang menjadi korban Tragedi Trisakti 1998 seperti Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie, yang bahkan tiap Kamis orang tua dan kerabatnya masih terus menggelar ritual "Kamisan" di depan Istana inisial M tersebut.

Tapi nyaris sudah tidak ada perhatian sama sekali. Padahal tidak mungkin tanpa keringat dan cucuran darah para pahlawan tersebut, Indonesia bisa melakukan reformasi 26 tahun silam.

Oleh karenanya jika kemarin sebelum gerakan massa yang terdiri tidak hanya oleh mahasiswa tetapi juga guru besar, siswa-siswi, ibu-ibu, profesional, buruh, politisi, budayawan hingga seniman sampai komika, yang berhasil mencegat niat jahat anggota-anggota Baleg DPR melakukan rekayasa atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 60 dan 70 (dengan mereka mau mengakali mengubah UU Pemilu lagi).

sebelumnya beredar luas melalui sosial media tayangan "Peringatan Darurat" Garuda Putih berlatar belakang biru yang dilengkapi dengan background peristiwa 1998 tersebut adalah sebagai pengingat agar sejarah kelam Indonesia itu jangan terjadi lagi.

Sebagaimana pernah diungkap di tulisan-tulisan sebelumnya, "Manunggaling Kalih Jagat" (Menyatunya 2 Alam) diinspirasi oleh kearifan lokal "Manunggaling Kawula Gusti" (Menyatunya Rakyat dan Raja) ini yang akhirnya bisa meruntuhkan rencana jahat pat gulipat oknum-oknum yang mau mencederai proses demokrasi Indonesia di tahun 2024 ini kemarin. 

Meski harus kembali mambawa genre "Analog Horror", tetapi cara ini masih terbukti efektif di negara ini. Sebab kalau tidak maka bisa dipastikan niat begal demokrasi akan sukses dan cita-cita reformasi menjadi sia-sia belaka.

Itulah makanya APDI tidak mengenal lelah untuk terus mengedukasu dan memberi makna demokrasi dengan melakukan Roadshow Nonton Bareng dan Diskusi tentang Film "Dirty Election" yang sudah diproduksi April 2024 kemarin. 

Film berdurasi total lebih dari 1 jam ini telah secara utuh memotret bagaimana kecurangan, kekacauan hingga kejahatan Pemilu 2024 dari sisi teknis SiREKAP, integritas dan hukum. 

Tujuamnya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membongkar aktor intelektual kejahatan Pilpres 2024 yang berlangsung kemarin. 

Meski disadari tidak mungkin merubah hasil Pilpres yang sudah disahkan, namun setidaknya kita tidak boleh membiarkan praktik-praktik kotor pemilu seperti kemarin terus terjadi di Indonesia.

Diawali laporan oleh ketua panitia dan penjelasan mekanisme acara oleh Pril Huseno aelaku SC dan moderator, acara dibuka oleh Akhmad Syarbini (Koordinator APDI dan Ketua IA-ITB Perubahan). 

Selanjutnya Prof Masduki (Ketua Forum Cik Ditiro) menyampaikan keynote speech yang memaparkan secara ilmiah proses Demokrasi yang terjadi secara umum di dunia dan penerapannya di Indonesia setelah sebelumnya saya juga menceritakan tentang sinopsis film "Dirty Election" dan sempat pula menjelaskan filosofi tari Golek yang diperagakan saat awal acara yang menunjukkan kearifan lokal Jogja. Karena tari Golek ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tersebut sebenarnya juga berarti proses pencarian jati diri seseorang.

Bagi yang kemarin tidak sempat mengikutinya secara langsung di lokasi maupun Daring menggunakan sarana Zoom & YouTube, tayangan secara utuh bisa diakses melalui link www.youtube.com/live/PNTvqZRz-jo?si=HdnZvasg4EnJUqC_ agar bisa menjadi saksi bagaimana proses edukasi dan pembelajaran demokrasi ini makin tersosialisasi di masyarakat. 

"Penulis adalah pemerhati telematika-multimesia-AI-OCB Independen.

Sumber: rmol
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita