Era Jokowi Defisit Fiskal Alami Pelebaran

Era Jokowi Defisit Fiskal Alami Pelebaran

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Selama 10 tahun Presiden Joko Widodo memimpin Indonesia membuat defisit fiskal mengalami pelebaran cukup besar.

Ekonom Indef Eisha Rachbini mengatakan, akar dari penyimpangan defisit itu biasanya dari struktur dan komposisi APBN. 


Sebab belanja negara lebih besar daripada penerimaan. Makanya untuk membiayai operasional diperoleh dari utang.

"Secara periodik sejak 2015-2023 atau sejak Jokowi memerintah terlihat bahwa rata-rata defisit fiskal alami pelebaran. Selisih penerimaan dan pengeluaran terjadi gap yang sangat lebar," kata Eisha dalam diskusi virtual Insan Cita yang dikutip Senin (16/9).

Ditambah lagi, kata Eisha, terjadi pandemi Covid-19 di seluruh Indonesia. Kemudian, selisih rata-rata pendapatan dengan rata-rata Selama 10 tahun Presiden Joko Widodo memimpin Indonesia membuat defisit fiskal mengalami pelebaran cukup besar.

Ekonom Indef Eisha Rachbini mengatakan, akar dari penyimpangan defisit itu biasanya dari struktur dan komposisi APBN. 

Sebab belanja negara lebih besar daripada penerimaan. Makanya untuk membiayai operasional diperoleh dari utang.

"Secara periodik sejak 2015-2023 atau sejak Jokowi memerintah terlihat bahwa rata-rata defisit fiskal alami pelebaran. Selisih penerimaan dan pengeluaran terjadi gap yang sangat lebar," kata Eisha dalam diskusi virtual Insan Cita yang dikutip Senin (16/9).

Ditambah lagi, kata Eisha, terjadi pandemi Covid-19 di seluruh Indonesia. Kemudian, selisih rata-rata pendapatan dengan rata-rata pengeluaran sangat besar. 

Terjadi defisit minus 2,8 persen yang jika dilihat UU keangan masih di bawah batas 3 persen.


"Tapi jika dekat sekali dengan 3 persen maka implikasinya kita jadi tidak punya ruang fiskal yang memadai, dan rentan alami syok risiko ke depan. Contohnya dulu ketika tiba-tiba ada pendemi," tutupnya. sangat besar. 

Terjadi defisit minus 2,8 persen yang jika dilihat UU keangan masih di bawah batas 3 persen.

"Tapi jika dekat sekali dengan 3 persen maka implikasinya kita jadi tidak punya ruang fiskal yang memadai, dan rentan alami syok risiko ke depan. Contohnya dulu ketika tiba-tiba ada pendemi," tutupnya.

Sumber: RMOL 
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita