GELORA.CO - Anies Baswedan menceritakan runtutan kejadian sebelum akhirnya ia batal mendapat tiket maju di Pilkada Jakarta 2024.
Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu membenarkan telah ditinggalkan oleh empat partai yang awalnya berniat mengusungnya sebagai calon gubernur (cagub).
Keempat partai tersebut adalah NasDem, PKS, PKB, dan PDIP.
Anies menceritakan, mulanya Partai NasDem, PKS, dan PKB meninggalkannya lantaran memilih bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang mengusung Ridwan Kamil-Suswono pada Pilkada Jakarta mendatang.
"Yang mengajukan saya menjadi calon gubernur DKI Jakarta ada empat partai, yaitu Partai NasDem, PKB, PKS, dan PDIP," ucap Anies, dikutip dari tayangan Mata Najwa, Minggu (1/9/2024).
"Itu diusulkan DPW, DPD ke DPP-nya, prosesnya berjalan. Kemudian kita tahu ada proses politik, Partai NasDem, PKB, dan PKS bergabung ke dalam KIM sehingga tidak lagi mengusung Anies di Jakarta tapi mengikut garis kebijakan di KIM."
Anies lantas mengungkit deklarasi dukungan yang sempat diberikan Partai NasDem dan PKS untuknya.
Meski akhirnya, Partai NasDem, PKS, dan PKB akhirnya memilih bergabung KIM Plus.
Partai terakhir yang sempat memberi sinyal dukungan untuk Anies yakni PDIP.
"Kalau di tingkat DPW sudah semua. PKS dan NasDem sudah mendeklarasikan untuk mengusung Anies Baswedan," ujar Anies.
"Kita tahu ada pergerakan mereka berada di dalam KIM Plus. Dengan PDIP baru muncul sesudah ada putusan MK."
Anies mengklaim, komunikasi dengan PDIP dimulai setelah adanya putusan MK terkait ambang batas pencalonan kepala daerah.
Karena itu, Anies menegaskan komunikasinya dengan PDIP baru terjadi setelah ia tidak lagi diusung NasDem, PKB, dan PKS.
"Jadi ketika KIM mendeklarasikan ada 12 partai, kemudian ada putusan MK. Setelah itu baru ada pembicaraan serius tentang PDIP mengusung karena waktu itu keharusan minimal 7,5 persen terpenuhi," jelasnya.
"Obrolan sudah ada sebelum putusan MK, utusan PDIP ditugasi untuk berkomunikasi. Jadi percakapan ini tidak terjadi sebelum ada pengusungan di KIM, ini baru terjadi sesudahnya."
"Proses pengusungan sudah selesai, saya tidak lagi diusung tiga partai. Saya tidak dalam status diusung partai saat berbicara dengan PDIP, itu semua sudah selesai," imbuhnya.
Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menyebut, komunikasinya dengan PDIP sudah sampai pada fase final.
Ia pun nyaris diusung PDIP sebagai cagub Jakarta 2024.
"Sebenarnya sudah cukup serius, sudah sampai fase final," paparnya.
"Kita melihatnya ini lebih dari urusan Pilkada."
Anies bahkan sudah sempat berkunjung ke Kantor DPD PDIP Jakarta pada Sabtu (24/8/2024) dan Senin (26/8/2024).
Namun akhirnya, PDIP memutuskan untuk mengusung Pramono Anung-Rano Karno pada Pilkada Jakarta mendatang.
"Kemudian ada perkembangan yang ternyata diputuskan Pak Pramono Anung dan Pak Rano Karno," ucapnya.
Anies tidak menjelaskan secara rinci alasan PDIP berubah haluan dan memilih Pramono Anung sebagai cagub Jakarta 2024.
Ia memastikan, selama proses ini belum pernah bertemu langsung dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Rencana Anies Buat Parpol Baru
Setelah gagal maju pada Pilkada 2024, Anies mengungkap rencana membuat partai politik (parpol) baru.
Rencana itu diungkapkan Anies dalam video yang diunggah kanal YouTube miliknya, Jumat (30/8/2024).
Dalam pernyataannya, Anies menegaskan enggan bergabung dengan parpol manapun.
Ia memilih membuat parpol baru yang tak akan tersandera oleh kekuasaan.
"Bila untuk mengumpulkan semua semangat perubahan yang sekarang makin hari makin terasa besar, dan itu menjadi sebuah kekuatan, diperlukan menjadi gerakan, maka membangun ormas atau membangun partai baru mungkin itu jalan yang akan kami tempuh," ucap Anies.
Kendati demikian, Anies meminta semua pihak untuk bersabar.
Eks Mendikbud itu berharap, dalam waktu dekat bisa mengambil langkah penting untuk menciptakan Indonesia dengan demokrasi yang lebih sehat dan sistem politik yang mengedepankan gagasan.
"Jaga semangat. Kita semua ingin jaga demokrasi kita terus sehat," kata Anies
Sumber: Tribunnews