GELORA.CO - Airlangga Hartarto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada Ahad (11/8/2024). Pengunduran diri Airlangga itu telah dilakukan pada Sabtu (10/8/2025).
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai mundurnya Airlangga dari kursi ketua umum tak bisa dipisahkan dari tekanan dari luar partai. Apalagi, pengunduran diri Airlangga dilakukan secara tiba-tiba dan cukup mengejutkan banyak pihak.
"Ada tekanan akan dikasuskan, akan dipenjarakan. Kan itu jadi persoalan," kata dia kepada Republika, Senin (12/8/2024).
Ujang menilai, peran Airlangga di Partai Golkar cukup kuat. Di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 misalnya, Airlangga bisa menambah raihan suara partai secara nasional. Bahkan, Airlangga diunggulkan untuk kembali menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam musyawarah nasional (munas) yang akan digelar beberapa bulan ke depan.
Namun, tekanan dari pihak luar partai membuat karier Airlangga di partai berlogo pohon beringin itu berakhir juga. Diduga kuat, tekanan datang dari pihak yang dekat dengan kekuasaan.
"Karena ada tekanan eksternal, dari kekuasaan, akhirnya Airlangga selesai juga. Tentu akan digantikan dengan pihak yang dekat dengan kekuasaan," kata Ujang.
Menurut dia, mundurnya Airlangga sangat erat kaitannya dengan langkah Presiden Joko Widodo atau Gibran Rakabuming Raka. Bahkan, ada kemungkinan dua sosok itu akan menjadi pimpinan di Partai Golkar.
"Bisa jadi tekanan itu dilakukan untuk Airlangga mundur, dan memberi ruang kepada Gibran atau Jokowi untuk bisa jadi Ketum Golkar, walau harus menabrak aturan dan sebagainya," kata Ujang.
Kendati demikian, mundurnya Airlangga sebagai ketua umum tak akan banyak berdampak terhadap kondisi internal Partai Golkar. Pasalnya, partai itu sudah biasa berganti ketua umum.
"Bahkan waktu 2014 dan 2019 dihajar kasus besar masih tetap menjadi partai besar. Dalam konteks gonjang-ganjing ini sudah biasa. Jadi ke depan Golkar akan tetap sehat, kecuali kalau Airlangga tidak mau mundur, akan ada gesekan," kata dia.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan pengunduran diri Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar adalah pilihan atau hak pribadi yang bersangkutan. Sehingga, tidak ada kaitannya sama sekali dengan Presiden Joko Widodo.
"Pengunduran diri Bapak Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar adalah pilihan/hak pribadi beliau yang selanjutnya sepenuhnya menjadi urusan internal Partai Golkar. Jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Presiden," kata Ari dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin.
Ari menegaskan bahwa Airlangga saat ini masih menjalankan tugasnya membantu Presiden Jokowi sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. "Dari semalam sampai hari ini beliau mendampingi Bapak Presiden di Ibu Kota Nusantara," katanya.
Airlangga Hartarto, yang terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar pada tahun 2017, mengumumkan pengunduran dirinya ke publik dalam rekaman video yang disiarkan Partai Golkar di Jakarta, Ahad (11/8/2024). Dia menyebut mundur sejak Sabtu malam (10/8/2024).
Dalam rekaman video yang sama, dia menjelaskan alasan pengunduran dirinya karena ingin menjaga keutuhan Partai Golkar dan menjaga stabilitas di tengah masa transisi pemerintahan Presiden Joko Widodo ke pemerintahan Prabowo Subianto sebagai pemenang Pilpres 2024.
Sumber: republika