GELORA.CO - Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas 1 Banten, Resi Arisandi mengungkap, para nelayan di KM Sri Mariana sudah hampir 9 bulan melaut sebelum akhirnya ditemukan meninggal dan sakit secara misterius di Perairan Merak atau tepatnya dekat Pulau Tempurung, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten pada Minggu (4/8) kemarin.
Menurut Resi, para nelayan tersebut sempat menjelajahi Samudra Hindia untuk mencari ikan setelah bertolak dari daerah Sibolga, Sumatera Utara.
"Kapal ini dari Samudera Hindia, mereka berangkat dari Sibolga menuju Samudra Hindia selama 9 bulan, di sana dari bulan Oktober (2023) sampai bulan Juli. Nah di bulan Juli ini ada yang meninggal 6 orang, 14 orang sakit dan 16 orang masih diobservasi," kata Resi, Senin (5/8).
Disampaikan Resi, saat ini pihaknya masih melakukan proses pencegahan penularan penyakit yang menyerang belasan nelayan KM Sri Karantina, termasuk melakukan karantina terhadap 16 orang nelayan yang masih belum merasakan sakit.
"Upaya yang kami lakukan yaitu kapal kami semprot, orang yang sehat dikarantina, yang sakit kita antarkan ke RSKM, kemudian yang meninggal sudah dibawa ke RSDP Serang," ujarnya.
Selain itu, lanjut Resi, pihaknya sedang menindaklanjuti dugaan penyebab para nelayan meninggal hingga jatuh sakit dengan mengambil sampel darah untuk diuji laboratorium.
"Hari ini kita periksa kesehatan kapalnya, ABK yang di kapal juga kita periksa. Dan kita bawa sampel darah untuk dibawa ke BBLKM Jakarta," katanya.
Diketahui sebelumnya, petugas Ditpolairud Polda Banten mengevakuasi 6 orang nelayan yang ditemukan tewas secara misterius di atas KM Sri Mariana pada Minggu (4/8) kemarin. Selain itu, 14 orang nelayan turut dilarikan ke RSKM Cilegon lantaran mengalami sakit.
Sumber: kumparan