OLEH: TONY ROSYID*
ANIES BASWEDAN dijegal! Ini fakta yang sulit untuk dibantah. Kali ini, tidak sulit untuk mendapatkan informasinya.
Anda temui kader PKB, Nasdem dan PKS, maka akan dapat informasinya. Asal jangan salah kader. Informasi soal ini berserakan. Yang penting anda mau cari saja, pasti dapat.
Perubahan haluan PKB, kegaduhan di internal Nasdem dan desakan pihak PKS bisa anda jadikan indikator untuk menelusuri informasi A1-nya. Apalagi jika anda punya teori dasar yang kuat, ini akan membantu untuk membaca indikator-indikator dengan lebih akurat.
Setiap orang atau kelompok, termasuk partai, akan bekerja sesuai kebutuhannya. Ini hukum sosial. Ini sunnatullah. Kebutuhan di partai akan menganut teori pertukaran: do ut des.
Inilah teori negosiasi. Kalau dukung sini, berapa untungnya. Kalau dukung sana, berapa untungnya. Untung di sini bisa dipetakan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Termasuk bagian jangka panjangnya adalah keberlangsungan masa depan partai.
Konstituen menjadi variabel yang diperhitungkan untuk keberlangsungan jangka panjang bagi partai. Dalam hal ini, PKS tentu beda dengan PKB dan Nasdem.
Partai-partai ini punya konstituen dengan karakter dan kesolidan yang berbeda. Selain anda harus memahami karakter ketum partai. Ini akan berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil partai.
Ketua umum partai yang berkasus, beda dengan yang tidak punya kasus. Ketum partai yang punya karakter fighter, beda dengan ketum partai yang safety player.
Memahami karakter ketum partai secara akurat akan membantu anda untuk membuat analisis lebih akurat terhadap pola kebijakan partai.
Ternyata, politik tidak semudah obrolan tukang cilok di warung kopi. Itulah kesalahan umumnya orang. Banyak yang berpikir, membaca dinamika politik itu mudah. Gak perlu teori dan data. Cukup baca berita, seolah segalanya bisa dijelaskan.
Kembali soal peluang Anies di Jakarta pasca penjegalan yang masif dan sistematis. Dua kata yaitu masif dan sistematis ini perlu anda pahami untuk mengikuti analisis saya ini.
Kalau PKB dan Nasdem yang semula akan mendukung Anies itu kena operasi, lalu terkunci, maka tersisa dua partai. Yaitu PKS dan PDIP.
Konstituen PKS solid dan militan dukung Anies. PKS sebagai partai yang akomodatif terhadap konstituennya, memutuskan untuk deklarasi Anies. Tapi, PKS hanya punya 18 kursi. Kurang 4 kursi.
PDIP punya 15 kursi. DPD PDIP Jakarta sudah usulkan Anies ke DPP. Sebagian besar pengurus DPP bersikap rasional.
Satu-satunya pilihan rasional bagi DPP PDIP adalah usung Anies. Dengan mengusung Anies, pertama, DPP PDIP bisa mengakomodir suara kader dari bawah.
Karena dukungan kepada Anies itu hasil rakorda DPD Jakarta yang diikuti oleh seluruh pengurus sampai tingkat kelurahan.
Kalau sampai DPP PDIP tidak usung Anies, rentan akan ada kekecewaan kader terhadap DPP. Khususnya kepada ketum Megawati.
Apalagi saat ini, ada gelombang kader PDIP di berbagai wilayah yang hengkang dari partai. Pasti ada sutradara di baliknya. Rakyat umumnya tahu siapa sutradara di balik itu.
Tidak mengusung Anies, DPP PDIP membuka ruang bagi para kader PDIP di Jakarta dioperasi oleh sutradara itu. Kedepan, ini bisa merepotkan.
Kedua, mengusung Anies membuat PDIP bisa menjaga marwah partai dan ketua umumnya. Sebaliknya, mengusung calon KIM (Koalisi Indonesia Maju) yang dimotori Presiden Jokowi akan membuat PDIP kehilangan harga dirinya.
Karena itu, operasi KIM lebih diarahkan ke PKS agar PDIP menjadi oposisi sendirian. Upaya untuk mengajak dan membujuk PKS dengan harga tinggi, karena PKS menjadi faktor kunci dan unsur primer maju-tidaknya Anies Baswedan. Dalam konteks ini, PKS akan dibeli dengan harga yang sangat mahal. Berlaku hukum supply and demand.
Operasi untuk ajak PKS dan memisahkannya dari PDIP akan dilakukan dengan dua cara. Pertama, tawaran tinggi ke PKS. Kedua, buat isu negatif dan benturkan PKS dengan PDIP.
Bergabung atau tidaknya PKS dengan PDIP menjadi penentu maju tidaknya Anies Baswedan. Jika PKS dan PDIP bersatu, maka Anies melenggang ke pilgub Jakarta. Ini juga akan membuka kesempatan bagi PKB dan Nasdem balik lagi dan ikut mengusung Anies. Kenapa? Prospek bersama Anies lebih bagus.
Toh pada akhirnya, Prabowo, demi stabilitas kekuasaannya tetap butuh Nasdem dan PKB. Pasti, diantara kedua partai itu akan dapat menteri di koalisi Prabowo. Kalau tidak? Bahaya buat stabilitas kekuasaan Prabowo kedepan.
Kursi DPR empat partai yaitu PDIP, PKS, PKB, Nasdem jauh lebih banyak dari kursi punya KIM. Kalau empat partai ini oposisi, kelar Prabowo. Jadi, kenapa Nasdem dan PKB harus takut?
Kalau PKS, PDIP, PKB dan Nasden mengusung Anies, kemungkinan besar Ridwan Kamil bakal balik lagi ke Jawa Barat dan Kaesang mungkin bertarung di Jawa Tengah.
*(Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)