Kekeringan di DIY Bikin Ribuan Hektare Lahan Pertanian Gagal Panen

Kekeringan di DIY Bikin Ribuan Hektare Lahan Pertanian Gagal Panen

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Kekeringan berkepanjangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengakibatkan ribuan hektare lahan pertanian mengalami puso atau gagal panen.

Gagal panen terjadi pada padi, kacang tanah dan jagung.

Data dari Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan atau POPT menyebut bahwa komoditas padi paling terdampak.

Data Juli, tercatat 1.153 hektare lahan padi mengalami kekeringan 412 hektare di antaranya mengalami puso atau gagal panen.

Kapanewon Semin jadi wilayah yang terparah terdampak dengan total luasan 242 hektare. Disusul kemudian oleh Kapanewon Ngawen (92 ha), Gedangsari (24 ha), Patuk (35 ha), Dlingo dan Ponjong (masing-masing 5 ha), serta Nglipar (9 ha).

Tidak hanya sawah padi, tanaman jagung juga mengalami hal serupa total sebanyak 135 ladang jagung di Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, mengalami gagal panen.

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, mengatakan untuk penanganan kekeringan di DIY menggunakan anggaran dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Pertama untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Kedua, menggunakan anggaran siap pakai untuk bantuan air bersih," ujar Noviar, saat dihubungi, Senin (19/8/2024).

Anggaran siap pakai nanti digunakan untuk penyaluran air bersih terutama untuk Kabupaten Gunungkidul.

Namun, sampai sekarang, belum ada kepastian berapa anggaran dari pemerintah pusat untuk digunakan TMC.

Menurut Noviar, anggaran untuk TMC bukan digunakan sebagai penanganan kekeringan di sektor pertanian.

Namun, untuk sektor pertanian pihaknya mendapatkan tawaran bantuan sumur bor dari BNPB untuk mengatasi hal itu.

"BNPB menawarkan bantuan alternatif berupa sumur bor. Namun, kami masih menunggu kajian lebih lanjut," urai dia.

Menurut Noviar, dampak kekeringan tidak sampai berpengaruh pada pasokan pangan di DIY. Karena, pasokan pangan di DIY tidak hanya dipasok dari Kabupaten Gunungkidul.

"Tidak hanya Gunungkidul kan (pemasok panhan), ada juga Kulon Progo, dan juga dari provinsi-provinsi tetangga," kata dia.

Noviar mengungkapkan bahwa di tiap kabupaten memiliki belanja tak terduga (BTT) sendiri untuk mengatasi kekeringan.

"Saat ini, BTT kabupaten masih cukup untuk menanggulangi kebutuhan mendesak seperti penyediaan tangki air bersih. Pemerintah provinsi baru akan menggunakan BTT jika anggaran kabupaten sudah habis," terang dia.

Noviar menambahkan BPBD DIY telah melakukan suplai air sebanyak 700 tangki ke wilayah-wilayah terdampak.

Lalu, untuk kapanewon juga sudah melakukan suplai air sebanyak 2.000 tangki.

"Kapanewon pakai anggaran rutin mereka," kata dia.

Sumber: kompas
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita