GELORA.CO - Isu nasib Anies Baswedan untuk maju sebagai calon Gubernur di Pilgub Jakarta 2024 kandas lantaran setelah ditinggalkan oleh PKS dan kini juga ditinggal oleh PDI Perjuangan masih terus menjadi perbincangan hangat ditengah masyarakat.
Terkait hal tersebut, pengamat politik Adi Prayitno mengatakan bahwa siklus politik di kita ini selalu berubah, dulu memang pada 2014 hingga 2019 ada kecendrungan kepala daerah yang tidak mempunyai partai selalu menjadi darling.
Dia akan selalu dikerubungi oleh banyak partai, maka orang seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan bahkan Ganjar Pranowo menjadi darling karena partai politik yang butuh dan bukan partai yang membutuhkan.
"Nah di 2024 ini beda ceritanya jadi orang yang tidak cantolan partai ini akan kehilangan momentum, dan Anies ini sepertinya salah membaca arah angin politik," kata Adi seperti dikutip Youtube DC News Indonesia.
Dulu, kata Adi, dia sempat menjadi magnet di Pilkada 2017 dan di Pilpres, jadi partai seperti Nasdem, PKS dan PKB diam saja, tinggal Anies yang tebar pesona pasti akan banyak pendukungnya.
"Tapi setelah kalah di Pilpres, Anies sudah tak lagi menjadi magnet, tak ada lagi partai yang rela mati demi Anies, seperti PKS saja yang dari dulu cinta mati mejadi partai yang pertama meninggalkan di Pilkada 2024," katanya.
Bahkan kata Adi, gara gara Pilkada 2024, PKS merasa aspirasinya tidak diperjuangkan dia pindah ke lain hati dan pindah ke KIM.
"Artinya, iman politiknya goyang juga ini PKS, padahal dulu kalau bicara PKS yang 11 12 dengan Anies, PKS ya Anies begitupun sebaliknya," tuturnya.
Tapi lanjut Adi, kalo ini momentum bagi PKS untuk menyudahi Anies Baswedan, yasudahlah wassalam, apalagi PKS secara rasional sudah berhitung bahwa dengan Anies tak ada barokah politiknya.
"Karena Pilkada Jakarta ini anti teori dan anti survei bahkan anti ilmu pengetahuan, buktinya, Anies yang memilki survei elektabilitas tertinggi bahkan ada bahasa kalau dia berlabuh sulit untuk dikalahkan," katanya.
"Tapi siapa yang tertarik saat ini? Enggak ada, dan inilah yang saya sebut dengan demokrasi elite," sambungnya.
"Ketika ditanya peluang anies di Pilkada tertutup apa tidak, saya menyebutnya malah wasalam," kata Adi.
Lebih lanjut Adi mengatakan, Anies itu bukan hanya antitesa bahkan simbol oposisi wajahnya, tapi dia dianggap merendahkan dan mempermalukan Prabowo disaat debat capres memberikan skor 11 dari 100 waktu itu.
"Makanya itu kartu mati bagi Anies saat ini, apakah dia tak hebat? Dari kapasitas, popularitas elektabilitasnya saya kira tak ada bantahan," tandas Adi.
Sumber: viva