GELORA.CO -Menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober mendatang, kepala negara itu akan mewarisi beberapa masalah yang harus ditanggung oleh pemerintahan selanjutnya.
Masalah tersebut di antaranya utang pemerintah yang menggunung, yang pada akhir Juni 2024 telah mencapai Rp8.444,87 triliun.
Angka tersebut naik Rp91,85 triliun dalam kurun waktu 1 bulan pada Mei 2024 yang sebelumnya berada di posisi Rp8.353,02 triliun.
Dalam periode tersebut, rasio utang pemerintahan Jokowi juga nyaris menembus angka 40 persen, yaitu 39,13 persen terhadap PDB, dengan utang yang diprediksi semakin naik yang akan ditanggung oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Selanjutnya, perekonomian RI jelang Jokowi lengser ini juga mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024 Indonesia kembali mengalami deflasi 0,18 persen, lebih tinggi dari periode Juni sebesar 0,08 persen.
Deflasi ini menjadi tanda bahwa daya beli masyarakat menurun, dan menjadi alarm ekonomi Indonesia sedang dalam bahaya.
Selanjutnya, masalah lainnya yang diwarisi Jokowi yaitu badai PHK yang melanda banyak perusahaan di dalam negeri, khususnya industri tekstil yang sedang melesu.
Sejak awal tahun ini, sebanyak 32.064 buruh tercatat telah menjadi korban PHK, dengan DKI Jakarta menjadi wilayah PHK terbanyak sekitar 7.469 buruh yang terdampak.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid sebelumnya telah mengakui bahwa industri tekstil sedang babak belur yang ditandai dengan banyaknya PHK.
"Kenyataan yang ada saat ini memang industri tekstil sedang babak belur," kata Arsjad saat ditemui di Menara Mandiri, Jakarta, pada Selasa (6/8).
Selain itu menurunnya kelas menengah di dalam negeri sebanyak 18,69 persen pada 2023 dibanding data pada 2019 lalu. Hal ini juga menandakan bahwa krisis tengah melanda perekonomian Indonesia.
Selanjutnya, fenomena masyarakat makan tabungan sendiri. Kondisi ini sedang dialami masyarakat RI, karena besarnya biaya hidup yang dikeluarkan, sehingga masyarakat terpaksa menggunakan tabungannya.
Fenomena ini terlihat dari simpanan masyarakat yang tercatat menurun, khususnya kelompok kelas bawah dengan tabungan di bawah Rp1 juta.
Berdasarkan data Susenas BPS yang diolah Bank Mandiri tabungan kelas bawah menurun menjadi 41,8 pada Juli 2024, turun drastis dari level 100 pada Januari 2023 lalu.
Selain itu, Jokowi juga akan meninggalkan kepemimpinannya dengan warisan kinerja sektor manufaktur yang menurun.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja sektor tersebut anjlok dan selalu berada di level 50. Terakhir, pada Juli 2024, sektor manufaktur itu jatuh hingga ke level 49,3.
Kondisi tersebut terjadi lantaran lesunya permintaan, sehingga membuat kinerja ekspor manufaktur melambat pada tahun ini.
Sumber: RMOL