GELORA.CO - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahamd Muzani membantah isu keretakan hubungan antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dia menyebut kedua tokoh tersebut justru semakin mesra.
Awalnya, dia berkelakar saat merespons isu tersebut. Dia mengibaratkan pertanyaan soal keretakan hubungan seperti piring.
"Piring kali (retak)," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Dia kemudian menegaskan, hubungan antara Jokowi dan Prabowo tak ada masalah. Menurutnya, belakangan justru Prabowo kerap berkomunikasi dengan Jokowi.
"Saya harus katakan bahwa komunikasi Pak Prabowo dan Pak Jokowi sangat baik, sangat lancar. Bahkan saya catat dalam minggu-minggu ini, komunikasi itu sehari bisa dua kali ketemu," kata Muzani.
Selain itu, Jokowi juga terkonfirmasi akan hadir saat penutupan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra pada Sabtu (31/8) malam.
Diketahui, Partai Gerindra akan menggelar rapimnas pada 30-31 Agustus 2024 di Indonesia Arena, Kompleks GBK, Senayan, Jakarta.
"Bahkan Pak Prabowo meminta agar Pak Jokowi nanti hadir pada saat penutupan rapat pimpinan nasional bersama apel akbar bersama kader Partai Gerindra, dan Pak Jokowi menyanggupi insyallah akan datang," kata Muzani.
Dia menduga, ada pihak yang sengaja menghembuskan isu keretakan hubungan antara Prabowo dan Jokowi. Isu itu seolah-olah menggiring bahwa mulai terjadi perbedaan pandangan antar kedua tokoh tersebut.
"Bukan hanya membantah, tetapi isu itu sepertinya sengaja diproduksi untuk olah-olah ada sebuah perbedaan pandang antara kedua kemungkinan kita," kata Muzani.
Sebelumnya, Staf Khusus (Stafsus) Presiden Juri Ardiantoro menyatakan bahwa isu keretakan hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto merupakan upaya adu domba yang sengaja dirancang untuk mengganggu keberlanjutan pemerintahan.
Juri Ardiantoro melalui keterangannya di Jakarta, mengatakan spekulasi tersebut hanya akan menciptakan ketidakstabilan dan merusak fokus pada agenda pemerintah yang sedang berlangsung.
"Jika ada upaya mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih saat ini retak adalah upaya mengganggu agenda keberlanjutan pemerintahan,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (27/8).
Sumber: era