Israel Tuduh Yahya Sinwar Keluar Terowongan, Nyamar Jadi Wanita di Gaza

Israel Tuduh Yahya Sinwar Keluar Terowongan, Nyamar Jadi Wanita di Gaza

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Sumber surat kabar Inggris, British Express, menuduh Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, telah keluar dari terowongan dan menyamar sebagai wanita di Jalur Gaza.

Ia menuduh Yahya Sinwar melakukan penyamaran  setelah lolos dari berbagai upaya Israel untuk menangkapnya.

“Pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah berhenti bersembunyi di terowongan Gaza dan bersembunyi di antara orang-orang Palestina dengan menyamar sebagai seorang wanita," kata sumber intelijen Israel kepada British Express, Senin (26/8/2024).

Surat kabar itu menekankan, Yahya Sinwar menjadi target utama Israel, terutama setelah ia menggantikan Ismail Haniyeh sebagai Kepala Biro Politik Hamas.


“Para pemimpin militer Israel percaya bahwa menangkap atau membunuh Yahya Sinwar akan memberikan pukulan terakhir terhadap hierarki politik gerakan Hamas, yang mengarah pada disintegrasi dan pembubarannya sebagai sebuah entitas,” lanjutnya.

"Tampaknya Yahya Sinwar sangat mengkhawatirkan keselamatan pribadinya sehingga dia bersikeras pekan lalu untuk menambahkan kondisi baru pada perundingan gencatan senjata yang rapuh di Kairo untuk melindunginya dari pembalasan Israel (menghentikan pembunuhan para pemimpin perlawanan Palestina)," tambahnya.

Surat kabar itu menekankan, cara penyamaran tersebut sama seperti yang dilakukan militer Israel yang menyamar sebagai wanita saat menembaki dan menangkap beberapa orang di dalam rumah sakit Al-Shifa.

British Express mengatakan Israel membentuk tim rahasia yang memiliki tugas khusus untuk menyamar.

Israel juga pernah menyamar sebagai pegawai UNRWA, badan PBB untuk membantu pengungsi Palestina, yang datang memberikan bantuan.


Personel lainnya menyamar sebagai tokoh agama untuk meningkatkan moral para pengungsi.

Yang lainnya menyamar sebagai penjual sayur dan lainnya menyamar sebagai seorang lelaki tua dengan pakaian lusuh, yang tampak seperti seorang pengemis.


Israel Klaim Hampir Tangkap Yahya Sinwar di Terowongan

Sebelumnya, militer Israel mengklaim hampir berhasil menangkap Yahya Sinwar di sebuah terowongan di Jalur Gaza dan menemukan secangkir kopi yang masih panas.

"Kami sudah dekat. Kami berada di kompleks bawah tanahnya. Kopinya masih panas," kata perwira Israel Dan Goldfus, mantan komandan Divisi 98 IDF pekan lalu.


British Express juga mengutip Shalom Ben Hanan, yang memimpin tiga departemen di dinas keamanan internal Israel (Shin Bet), dan dianggap terlibat erat dalam perburuan Sinwar.

“Kami sebenarnya berada dalam jarak beberapa menit lebih dari sekali,” katanya.

“Kami menemukan melalui operasi likuidasi lainnya, Sinwar tidak akan berada di bawah tanah di terowongan atau area bawah tanah khusus selama lebih dari 24 hingga 36 jam setiap kalinya," lanjutnya.


Shalom Ben Hanan menekankan militer Israel memiliki peralatan canggih untuk mendeteksi keberadaan Yahya Sinwar di dalam terowongan.

“Dia tahu bahwa kita dapat menemukan situs bawah tanah tersebut melalui teknologi canggih. Dia tahu bahwa jika dia membuat kesalahan atau kami menemukan sumber yang memberi tahu kami lokasinya, kami akan menghubunginya dan menjadi fatal baginya," katanya, dikutip dari Hona Israel.

Shalom Ben Hanan juga merujuk pada dugaan pembunuhan pemimpin Brigade Al-Qassam, Mohammed Al-Deif, yang diklaim tewas oleh militer Israel dalam agresinya di Kamp Al-Mawasi, Jalur Gaza, pada 13 Juli 2024.

Namun, ia belum dapat memverifikasi informasi tersebut dan masih mencari kebenarannya.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.405 jiwa dan 93.356 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (26/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023

Sumber: Tribunnews 
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita