GELORA.CO -Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia cepat atau lambat akan menghadapi gempa megathrust yang kekuatannya bisa mencapai 8,9 magnitudo.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan kekhawatiran ilmuwan Indonesia soal celah seismik Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Dikatakan Daryono, celah itu tidak mengalami gempa besar selama lebih dari 30 tahun. Tetapi berdasarkan pantauan BMKG, diperkirakan ancaman Megathrust Mentawai-Siberut hanya tinggal menunggu waktu.
“Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata tinggal menunggu waktu karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” ujarnya dalam sebuah keterangan yang dikutip redaksi pada Selasa (13/8).
Daryono menyampaikan, BMKG sudah menyiapkan sistem monitoring, pengolahan, dan penyebaran informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Upaya lainnya adalah memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, latihan, pengumuman, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, pemangku kepentingan, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, dan industri pantai serta infrastruktur kritis, seperti pelabuhan dan bandara pantai.
Kegiatan tersebut dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS), dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami atau Tsunami Ready Community.
“Harapan kita, semoga upaya kita dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan nihil korban,” kata Daryono.
Sementara itu, menurut Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko, Megathrust Selat Sunda berpotensi menimbulkan gempa yang melebihi gempa Aceh tahun 2004 silam yang mencapai 9,3 magnitudo.
“Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004,” ungkapnya.
Dijelaskan Widjo, kondisi ini bisa terjadi jika Megathrust Selat Sunda bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya, yaitu Megathrust Enggano di Bengkulu dan sebelah timurnya, yaitu Megathrust Jawa Barat-Tengah.
Megathrust Mentawai-Siberut pernah menimbulkan beberapa bencana sejak tahun 1994.
Gempa dahsyat di wilayah Sumatera tersebut pernah menyebabkan guncangan 8,5 magnitudo di Nias pada tahun 1994, 7,9 magnitudo di Lampung-Bengkulu pada tahun 2000, 9,3 magnitudo di Aceh pada tahun 2004, dan 8,7 magnitudo di Bengkulu.
Megathrust Mentawai-Siberut juga pernah menyebabkan gempa berkekuatan 7,3 magnitudo di Kepulauan Mentawai pada 24 April 2023 lalu.
Sumber: RMOL