Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi

Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi

GELORA.CO
- Pejuang Hizbullah, pada Senin (12/8/2024) dini hari waktu setempat melancarkan serangan roket ke beberapa wilayah di Israel utara. Seperti dilaporkan the Cradle, sistem pertahanan Iron Dome gagal mengintersep roket-roket yang menghujani daerah tersebut.

"Demi mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan mendukung perjuangan mereka, dan sebagai respons atas serangan musuh Israel di permukiman selatan (Lebanon), khususnya di kota Ma'roub, para Pejuang Islam pada Senin membombardir pusat komando 146 di Ja'toun dengan serangkaian serangan roket Katyusha," demikian keterangan resmi Hizbullah dikutip the Cradle.

Gelombang serangan roket pada hari ini terjadi jelang rencana serangan besar Hizbullah dan Iran ke Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan komandan Hizbullah, Fuad Shukr dan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Sebelumnya pada Jumat (9/8/2024), mantan kepala komisi perbatasan Lebanon-Israel, Janderal Abdul Rahman Shehaitli dikutip Sputnik, mengatakan, bahwa serangan balasan terhadap Israel oleh Iran dan gerakan Hizbullah Lebanon akan berbeda dalam metode yang digunakan tetapi semuanya akan menargetkan fasilitas militer serta tidak akan membahayakan warga sipil.

"Serangan balasan terhadap Israel oleh Iran pasti akan berbeda sifatnya dari tanggapan Hizbullah di Lebanon. Tanggapan Hizbullah dihitung berdasarkan realitas konfrontasi bersenjata dengan militer Israel. Iran adalah negara besar di kawasan, jadi prinsip serangan balasannya dikembangkan berdasarkan kepentingan negara," kata Shehaitli.

Hizbullah akan melancarkan serangan yang tepat sasaran yang akan melukai Israel. Hizbullah mengklaim tidak akan membatasi diri hanya dengan menembakkan roket yang akan bisa dicegat oleh Iron Dome Israel.

"Tidak ada yang bisa memprediksi seperti apa serangan balasan itu. Namun, ada beberapa skenario yang paling mungkin. Ini bisa berupa serangan hebat terhadap salah satu markas militer pusat yang memiliki peran strategis, atau bisa juga pangkalan udara militer, atau pembunuhan seorang pejabat militer berpangkat tinggi," kata Shehaitli.

Sumber: republika
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita