GELORA.CO - The New York Times, mengutip tiga sumber pejabat Iran, melaporkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memberikan perintah kepada militernya untuk menyiapkan strategi serangan dan pertahanan sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Menurut sumber itu, Khamenei membuat perintah itu dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Tertinggi Nasional.
Iran dilaporkan menimbang serangan balasan jarak jauh, termasuk dengan drone dan serangan misil menuju target dengan Tel Aviv dan Haifa. Terjadi pula diskusi tentang koordinasi serangan melibatkan Iran, Yaman, Suriah, dan Irak untuk memaksimalkan dampak serangan.
Di Amerika Serikat (AS), ABC dan Axios melaporkan kekhawatiran di antara para pejabat usai pembunuhan Haniyeh yang dinilai bisa merusak upaya negosiasi gencatan senjata dan memicu eskalasi ketegangan di kawasan. Pemerintah Biden juga khawatir, peristiwa terbunuhnya Haniyeh bisa memprovokasi Iran dan Hizbullah untuk membalas dengan keras.
Sementara di Israel, otoritas mereka mengantisipasi respons dari Iran dalam beberapa hari ke depan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengonfirmasi bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap Haniyeh dan komandan Hizbullah, Fouad Shukr, sambil menyatakan bahwa beberapa hari ke depan akan menantang.
Pejabat perwakilan Iran di PBB pada Rabu mengatakan, bahwa respons Iran atas pembunuhan Ismail Haniyeh akan menjadi 'operasi spesial. "Respons atas pembunuhan akan tentunya menjadi operasi spesial, lebih keras dan bertujuan untuk menanamkan rasa penyesalan mendalam pada para pelaku pembunuhan," demikian pernyataan tertulis di X dikutip Anadolu.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei pada hari yang sama juga mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Dia mengatakan, adalah kewajiban Iran untuk, "membayar darah tamu terhormatnya".
Pernyataan Khamenei keluar beberapa jam setelah Haniyeh terbunuh di kediamannya di Teheran pada Rabu (31/7/2024) pagi, usai menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeskhian. Khamenei menegaskan, bahwa "rezim kriminal dan teroris" telah menyiapkan dasar bagi "hukuman berat bagi dirinya sendiri".
Khamenei menyanjung Haniyeh sebagai "seorang pemimpin yang berani dan pejuang Palestina yang khas," sambil menambahkan, bahwa front pejuang saat ini tengah berduka.
"Rezim kriminal dan teroris Zionis memartirkan tamu terhormat kita di rumah kita dan membuat kita berduka, tapi juga memberikan dasar untuk hukuman berat untuk mereka," demikian pernyataan Khamenei.
Haniyeh bersama pemimpin Jihad Islam Ziad Nakhaleh sempat bertemu langsung dengan Khamenei saat menyaksikan pengucapan sumpah Pezeshkian sebagai Presiden Iran pada Selasa (30/7/2024).
Pemerintah China ikut mengutuk pembunuhan kepala biro politik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Beijing pun khawatir insiden tersebut dapat memicu instabilitas lebih lanjut di kawasan Timur Tengah.
"Kami sangat prihatin terhadap insiden tersebut, dan dengan tegas menentang serta mengutuk pembunuhan itu," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, dikutip Antara, Rabu.
"China selalu mengusulkan penyelesaian perselisihan regional melalui negosiasi dan dialog, dan Gaza juga harus mencapai gencatan senjata yang penuh dan permanen sesegera mungkin demi menghindari eskalasi konflik dan konfrontasi lebih lanjut," tambah Lin Jian.
Pembunuhan Haniyeh memang sontak mengundang kecaman luas dari komunitas internasional. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam pembunuhan pemimpin Hamas tersebut dan menggambarkan aksi Israel sebagai tindakan yang pengecut dan berbahaya.
Sementara, menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pembunuhan Haniyeh adalah tindakan keji untuk melemahkan perjuangan bangsa Palestina dan perlawanan mulia mereka di Jalur Gaza. Sementara, Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan insiden tersebut merupakan pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima dan akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri Qatar turut menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai eskalasi yang berbahaya dan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan kemanusiaan yang meredupkan upaya perdamaian. Adapun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pun mengatakan bahwa Washington tidak mengetahui atau terlibat dalam pembunuhan pimpinan kelompok Hamas itu.
Sumber: republika