Ditanya Alasan Ikut Aksi Unjuk Rasa di DPR RI, Pelajar SMK: Demo Jokowi, kan? Anaknya Nyalon

Ditanya Alasan Ikut Aksi Unjuk Rasa di DPR RI, Pelajar SMK: Demo Jokowi, kan? Anaknya Nyalon

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Tidak hanya mahasiswa, pelajar SMK juga ikut-ikutan aksi demonstrasi menolak pengesahan revisi UU Pilkada di DPR RI, Kamis (22/8/2024).

Sejumlah pelajar tiba dan langsung melemparkan botol minuman serta sampah ke dalam gedung persisnya di depan Gerbang Pancasila.

Beberapa diantaranya meneriaki petugas kepolisian yang berjaga di dalam. Beberapa kali, pelajar tersebut berupaya melakukan pengerusakan gerbang besi dengan melemparkan benda keras.


Hanya saja para pelajar tidak mengetahui banyak tentang tujuan demonstrasi.


"Kami sih ikut-ikutan aja bang. Demo Jokowi kan? Anaknya nyalon," ujar AF (16) yang berasal dari Jakarta Selatan.


Ia mengaku datang bersama teman-teman namun berpencar di kawasan DPR RI.

AF mengaku baru kali ini ikut demonstrasi.

"Tadi dijelasin juga di sekolah soal situasi politik oleh guru," ucapnya.

Namun ia menjelaskan datang karena inisiatif sendiri dan penasaran soal demo.



Hal senada diutarakan RD (16).

Ia mengaku seru-seruan saja datang ikut aksi.

Bahkan ia dan AF tidak tahu jadwal demonstrasi.

"Yang penting bantu-bantu abang-abang mahasiswa," katanya.

Selain ikut-ikutan, keduanya juga penasaran melihat tembakan water cannon.

Sembari bercanda, keduanya ingin merasakan terkena tembakan water cannon.

"Lumayan mandi. Kan dari siang panas," kata AF sembari tertawa.


Adapun situasi terkini, sebagian besar massa mahasiswa mulai membubarkan diri saat magrib. Namun, masih ratusan mahasiswa dan pelajar yang terpantau bertahan meskipun tidak melakukan apa-apa. 

Ricuh

Kericuhan terjadi di tengah aksi unjuk rasa yang dilakukan ribuan masyarakat sipil dan mahasiswa dari berbagai almamater berbeda, di depan gedung DPR untuk menolak pengesahan revisi UU Pilkada, Kamis (22/8/2024).

Pantauan Warta Kota di lokasi sekira pukul 16.30 WIB, nampak kericuhan terjadi di sisi kanan gedung DPR. 

Awalnya para mahasiswa nampak berhasil menjebol satu bagian pagar DPR di dekat pintu masuk yang dijaga oleh TNI Polri.


Para mahasiswa mendobrak pagar tinggi tersebut hingga runtuh sembari meneriakkan kata reformasi.

Mereka kemudian merangsek masuk berbarengan dan hendak ke dalam gedung DPR MPR RI.

Dengan berlari, sejumlah perlawanan nampak dilakukan para mahasiswa atas sejumlah polisi yang menghalangi mereka.

Mulai dari melempar batu, membakar ban dan spanduk-spanduk, hingga melempar kayu.

Di saat bersamaan, pihak kepolisian bertameng dan berseragam serba hitam datang untuk mengusir mereka.

Walhasil, antara kedua kubu tersebut saling terlibat kejar kejaran hingga terdengar sejumlah petasan yang diletupkan.

Dalam kondisi yang tak terkendali itu, polisi meletupkan peluru dari senjata api laras panjang yang dibawanya.

Hal itu sontak membuat banyak peserta aksi meradang.

Mereka mulai berteriak hingga ada yang menangis lantaran melihat rekan seperjuangannya tumbang.

"Woi, bantuin woi," kata salah sejumlah massa aksi.

"Itu jangan ditangkap-tangkapin!," seru mereka. 

Aksi itu kemudian tambah memanas kala polisi mengeluarkan pasukan bertameng yang lebih banyak. 

Para mahasiswa pun berhasil dipukul mundur.


Namun, kerusuhan justru semakin memanas dengan adanya perusakan halte yang berada di dekat jembatan penyeberangan orang (JPO) DPR MPR RI.

Mereka nampak merusak atap halte dengan kayu dan melemparinya dengan beberapa batu. 

Tak lama berselang, polisi keluar dengan mobil Brimobnya bersama pasukan bertameng.

Mereka mengusir mundur massa aksi yang merusuh dan diminta untuk keluar dari area DPR MPR RI.

Sementara itu di sisi kiri gedung DPR MPR RI, nampak sejumlah mahasiswa tumbang dibawa ke mobil ambulans.


Mereka ada yang terkena luka tembak di kepala, kaki, tangan, hingga sesak napas. 

Dari yang nampak, ada sekira 5 mahasiswa dari almamaterbberbeda yang mendapat penanganan medis.

Sebelumnya diberitakan, ribuan elemen masyarakat sipil mengepung gedung MPR DPR RI untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait syarat pencalonan pilkada melalui putusan nomor 60/PUU-XXII/2024 yang ditolak DPR.

Pantauan Warta Kota di lokasi, Kamis (22/8/2024) pukul 10.48 WIB, nampak peserta yang mengikuti demo darurat demokrasi itu beragam, mulai dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPI), mahasiswa, hingga sejumlah komedian.

Mereka membawa satu mobil komando serta bendera dan spanduk-spanduk perlawanan. 

Sejumlah masyarakat juga membawa kardus-kardus yang berisi sindiran untuk DPR RI dan Presiden RI Joko Widodo.

"DPR milik rakyat, bukan Jokowi," tulis salah satu kardus yang dibawa massa aksi  

"DPR jangan ikut Jokowi, kena azab," tulis keterangan lainnya.


Sementara itu, Partai Buruh ikut memasang spanduk di depan gerbang DPR RI bertuliskan desakan adar DPR tidak mengubah dan melawan putusan MK.

Tak sampai di situ, para komedian yang gencar menyuarakan soal demokrasi di akun sosial medianya juga ikut turun gunung.

Beberapa yang nampak di lapangan adalah Abdel, Bintang Emon, Andovi, Arie Keriting, Abdur Arsyad, dan masih banyak lagi.

Mereka kompak mengenakan pakaian serba hitam.

Di tengah massa aksi yang membludak, para komedian itu mengaku tak gentar untuk mengikuti unjuk rasa demi demokrasi yang adil di Indonesia.

Mereka juga membawa postet bertuliskan sindiran akan kondisi Indonesia saat ini.

"Agak laen kau, agak laen bapakmu, agak lain kau sekeluarga," tulis keterangan dalam postet berwarna merah yang dibawanya. 

Kepada wartawan, komedian Rigen mengaku akan tetap turun aksi meski DPR menunda pengesahan RUU Pilkada 2024.

Bahkan, Rigen dan kawan-kawannya memberikan quote (kutipan) untuk para pejabat yang duduk di DPR RI.

"Ini quote dari saya, ketika para pejabat udah mulai ngelawak, saatnya komedian melawak," kata Rigen yang tampil nyentrik dengan kacamata hitam dan topinya.

Sumber: Tribunnews  
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita