Bahlil Jadi Menteri ESDM, PDIP Tuduh Jokowi dan KIM Ingin Monopoli Bisnis Tambang

Bahlil Jadi Menteri ESDM, PDIP Tuduh Jokowi dan KIM Ingin Monopoli Bisnis Tambang

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Bahlil Jadi Menteri ESDM, PDIP Tuduh Jokowi dan KIM Ingin Monopoli Bisnis Tambang

GELORA.CO -
Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus menuding pergantian menteri atau reshuffle yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum periode pimpinannya berakhir kurang dari dua bulan, adalah upaya memonopoli bisnis tambang. Hal ini ia sampaikan dalam menanggapi pergantian Menteri ESDM Arifin Tasrif menjadi Bahlil Lahadalia.

“Soal pergantian Menteri ESDM menurut saya adalah murni kepentingan menguasai konsesi-konsesi tambang dan menundukkan para pemain atau pemilik tambang di kaki dinasti Presiden Jokowi,” kata Deddy dalam keterangannya, Jakarta, Senin (19/8/2024).

Deddy mengatakan pergantian posisi Menteri ESDM penting untuk pendanaan politik ke depan. Mulai dari menguasai ormas dan oligarki serta memastikan sumber ekonomi ke depan.

“Menteri Arifin Tasrif dikenal lurus dan keras menentang penambamgan liar dan penyeludupan nikel yang melibatkan dinasti dan petinggi penegak hukum,” ujarnya.

Ia menyimpulkan bahwa reshuffle menteri yang dilakukan secara mendadak dan tergesa-gesa merupakan permainan politik segitiga Jokowi. Mulai dari melancarkan pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, melumpuhkan PDIP, hingga menguasai sumber dana politik. “Alasan lainnya menurut saya tak lebih dari omong kosong!” ucap Deddy, menegaskan.

Sementara PDIP sendiri, ungkap Deddy, selama ini tidak ada rencana menarik kader dari kabinet. Keputusan tersebut merupakan komitmen partai berlogo banteng moncong putih dalam memegang teguh amanah.

“Rakyat memenangkan PDIP dalam pileg dan pilpres 2014 dan 2019, secara moral dan etis kami merasa berkewajiban berjalan bersama hingga akhir. Satu-satunya yang bisa membatalkan itu adalah jika Presiden sendiri yang ingin mengusir kader PDIP dari kabinet,” tuturnya. 
 
Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita