GELORA.CO - Airlangga Hartato dari jabatan ketua umum Golkar tidak terlepas dari syahwat kekuasaan Joko Widodo. Kakek Jan Ethes Srinarendra ingin tetap eksis di kancah politik setelah tidak lagi menjabat presiden.
"Kenapa? Karena Jokowi perlu memastikan bahwa dirinya masih memiliki kekuatan politik, dan itu hanya mumpuni jika dia mengemban jabatan sebagai ketua umum Golkar," kata komunikolog Tamil Selvan kepada RMOL, Senin (12/8).
Kang Tamil, demikian ia biasa disapa, mengatakan jelas betul keputusan mundur diambil Airlangga karena adanya tekanan.
"Nah secara harfiah kita bisa menilai bahwa tekanan-tekanan itu tentu tekanan-tekanan perebutan kursi ketua umum di tubuh Golkar," sebutnya.
Apalagi, kata dosen di Universitas Dian Nusantara ini, alasan Airlangga mundur demi menjaga keutuhan Golkar. Artinya, ada desakan-desakan tertentu baik dari internal Golkar maupun eksternal yang berpotensi ketika tekanan itu tidak dituruti maka bisa memporakporandakan Golkar.
"Ini menjadi titik balik, dan tentunya menjadi pertanyaan besar bagi kita. Apakah Jokowi atau Gibran yang akan menjadi ketua umum Golkar, seperti yang saya sampaikan kira-kira satu tahun yang lalu," tutur Kang Tamil yang sejak 5 tahun lalu memprediksi Jokowi bakal mendompleng Golkar.
Jika melihat tarik ulur dari internal maupun eksternal Golkar, kata Kang Tamil, tersirat dari pernyataan Airlangga besar kemungkinan yang akan didapuk sebagai ketum Golkar adalah Gibran.
"Besar kemungkinan yang akan didapuk sebagai ketua umum adalah Gibran. Terlepas dari syarat AD/ART di Partai Golkar yang mengharuskan ketua umum harus menjadi pengurus terlebih dahulu," kata Kang Tamil.
"Ketika pilihannya Jokowi maka tentu ya dari sisi usia, dari sisi kematangan ya, tentu ini menjadi minus poin. Tapi, dari sisi Gibran sebagai wakil presiden, tentu ini adalah plus poin, dan anaknya Jokowi ini plus poin ya," pungkas Kang Tamil
Sumber: RMOL