GELORA.CO - Rusia akan mempertimbangkan seluruh opsi yang ada saat menyiapkan serangan balasan terhadap pengerahan rudal jarak jauh AS di Jerman. Opsi itu termasuk pengerahan sistem rudal serupa dengan AS yang berhulu ledak nuklir.
"Saya tidak mengesampingkan pilihan apapun," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov, Kamis (18/7/2024).
Ryabkov mencatat, bahwa karena kesalahan Jerman dan sebelumnya, pertama-tama adalah kesalahan AS, "yang berdiri sebagai pemimpin blok NATO, terjadi kehancuran total pada perjanjian di bidang pengendalian senjata."
"Di situasi ini, dengan mempertimbangkan jumlah total anggota NATO, kami harus mengkalibrasi balasan kami tanpa mengalami hambatan internal, jika bisa saya bilang begitu, mengenai apa, di mana dan kapan bahwa (senjata ini) dimungkinkan, dibutuhkan dan apakah perlu untuk dikerahkan," paparnya.
Hal itu disebutnya sebagai rangkaian pilihan seluas mungkin. "Ini bukan ancaman untuk siapa pun. Ini adalah sebuah cara untuk menemukan algoritma yang paling efektif, termasuk paling hemat biaya, untuk balasan bagi tantangan yang terus berubah," ujarnya.
Pada Rabu (17/7/2024), Koordinator jaringan bawah tanah pro-Rusia di Mykolaiv (Nikolaev), Sergei Lebedev, mengatakan, Rusia menyerang sebuah lapangan udara militer yang juga diperuntukkan bagi pesawat latih di Myrhorod (Mirgorod), wilayah Poltava, Ukraina. "Kota Myrhorod, wilayah Poltava, juga diserang pada malam hari. Serangan dilakukan di daerah lapangan udara militer, yang setelah serangan sebelumnya, kembali mulai menerima pesawat, termasuk pesawat latih buatan Inggris, " kata Lebedev.
Serangan lain dilakukan pada Rabu malam di daerah pabrik mobil Kremenchuk (Kremenchug) di wilayah Poltava, sedangkan serangan lain yang disertai dengan dentuman keras, ditujukan ke arah kilang Kremenchuk, tambah koordinator tersebut.
"Kota Kremenchuk, wilayah Poltava, menerima serangkaian serangan kuat di fasilitas militer pada malam hari ... Setiap (serangan) disertai dentuman kuat, serangan kedua menyebabkan gelombang ledakan besar," tambahnya.
Rusia meluncurkan operasi militer di Ukraina sejak Februari 2022. Angkatan bersenjata Rusia mulai menyerang infrastruktur kritis Ukraina pada 10 Oktober 2022, beberapa hari setelah Ukraina mengebom jembatan Krimea, yang menghubungkan Semenanjung Krimea dengan daratan utama Rusia.
Sumber: republika