GELORA.CO - Pengamat politik Refly Harun menyebut omong kosong Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya pengaruh besar setelah lengser dari jabatan kepala negara selama dua periode pada 20 Oktober mendatang.
Meskipun demikian Jokowi bisa mempunyai pengaruh besar jika menjadi alat dari kekuasaan asing seperti China, sehingga bisa mempengaruhi Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam menjalankan pemerintahan.
"Kenapa orang selalu mengatakan bahwa Jokowi akan punya pengaruh besar, saya mengatakan rasanya omong kosong kalau Jokowi punya pengaruh besar setelah tidak lagi menjadi presiden," ungkapnya, dikutip dari YouTube Refly Harun, Senin (8/7).
"Kecuali kalau dia menjadi alat dari kekuasaan asing dengan kekuatan yang besar yang membuat Prabowo tidak mampu bernegosiasi, let say misalnya China, tapi kalau dia berdiri independen hanya sekedar sebagai mantan presiden maka kita kalkulasikan apa kehebatan Jokowi untuk terus menpengaruhi," imbuhnya.
Sementara itu, Peneliti utama politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menilai Presiden Jokowi masih akan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan kepala daerah (Pilkada) meskipun telah lengser.
Untuk diketahui, Pilkada serentak akan diselenggarakan pada 27 November 2024, sedangkan Jokowi akan lengser dari jabatannya pada 20 Oktober 2024 dengan digantikan Prabowo-Gibran.
“Jadi katakan Pak Jokowi sudah purnabakti pada Oktober nanti. Lalu, pilkada tanggal 27 November, berarti kan sebulan lebih, pilkada sebulan lebih (setelah Jokowi lengser). Apakah lalu ada pengaruhnya? Sisanya masih kuat pastinya, belum sampai satu tahun soalnya. Pasti akan ada pengaruhnya yang luar biasa,” ujar Siti Zuhro dalam program Kompas Petang di Kompas TV pada 4 Juli 2024.
Menurutnya, Gibran yang saat itu sudah dilantik menjadi Wakil Presiden (Wapres) akan mebantu adiknya, Kaesang Pangarep jika diusung PSI maju Pilkada. “Tentu dalam hal ini, Gibran akan all out gitu ya kalau memang nanti PSI (Partai Solidaritas Indonesia) mengusung Kaesang,” kata Siti Zuhro.
Namun dirinya menilai akan berat jika Kaesang maju di Pilkada Jakarta, karena tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk memilih calon yang tidak mempunyai pengalaman, ditambah jika melawan Anies Baswedan yang mempunyai elektabilitas tinggi.
"Kalau di Jakarta berat ini yang dihadapi, kan sudah dapat masukan dari survei utamanya itu yang mengatakan ikan hiu dan sebagainya. Jadi, di Jakarta memang berat,” ujarnya.
“Bahwa bagaimana membius orang Jakarta, pemilih Jakarta untuk memilih seorang yang baru datang tanpa ada pengalaman apa pun itu sulit sekali menurut saya,” tandasnya.
Sumber: wartaekonomi