Peringatkan Kehancuran, Eks Pejabat AS Yakin Israel Tak Punya Gambaran Realistis Lawan Hizbullah

Peringatkan Kehancuran, Eks Pejabat AS Yakin Israel Tak Punya Gambaran Realistis Lawan Hizbullah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Mantan analis intelijen militer Amerika Serikat (AS), Harrison Mann, menyebut Israel telah salah menghitung biaya perang baru yang potensial dengan Hizbullah.

Harrison Mann merupakan seorang mayor di Badan Intelijen Pertahanan dan perwira militer AS berpangkat tertinggi.

Namun, Harrison Mann telah mengundurkan diri karena konflik Gaza.

Harrison Mann memperingatkan Israel dengan mencatat bahwa hal itu dapat mengakibatkan korban sipil yang signifikan baik di Lebanon maupun Israel.


Ia juga menggarisbawahi risiko tinggi Israel terlibat dalam perang di perbatasan utaranya karena alasan politik internal, yang terutama didorong oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Menurutnya, kekuasaan Netanyahu dan perlindungannya dari tuduhan korupsi dianggap bergantung pada upaya mempertahankan keadaan perang.

"Saya tidak tahu seberapa realistis penilaian mereka terhadap kehancuran yang akan dialami Israel, dan saya cukup yakin mereka tidak memiliki gambaran realistis tentang seberapa sukses mereka melawan Hizbullah," ujarnya, Selasa (2/7/2024), dikutip dari Arab News.

Harrison Mann menambahkan, militer Israel menyadari bahwa mereka tidak dapat secara pasti menyerang persenjataan besar Hizbullah, yang bercokol di pegunungan Lebanon.

Israel Siap Perang dengan Hizbullah
Sementara itu, Israel sedang bersiap untuk mengubah situasi di perbatasannya dengan Lebanon, tetapi berharap hal itu tidak perlu dilakukan.


Hal ini disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (23/6/2024) lalu.


Pernyataan Netanyahu tersebut merujuk pada konfrontasi yang sedang berlangsung antara tentara Israel dengan kelompok Hizbullah Lebanon.

"Jika perlu, kami akan menghadapi tantangan ini juga."

"Kami dapat bertempur di beberapa medan. Kami siap untuk ini," katanya tentang kemungkinan perang besar-besaran dengan Hizbullah, dilansir Anadolu Agency.


Terkait perang di Gaza, Netanyahu mengatakan fase pertempuran sengit sudah hampir berakhir, tetapi perang tidak akan berakhir sampai Hamas tidak lagi menguasai daerah kantong itu.

Netanyahu mengatakan, Tel Aviv ingin mendirikan “klan lokal” untuk menguasai Jalur Gaza.

Ia juga mengatakan, membangun kembali permukiman Israel di Gaza adalah “tidak realistis” dan tidak akan melayani tujuan perang.


Sebagai informasi, Israel dan Hizbullah masing-masing mendapat pelajaran dari perang terakhir mereka pada 2006, konflik selama sebulan yang berakhir seri.

Mereka juga mempunyai waktu hampir sembilan bulan untuk bersiap menghadapi perang lainnya, bahkan ketika Amerika Serikat berusaha mencegah meluasnya konflik yang dapat memicu konfrontasi dengan Iran dan membahayakan pasukan AS di wilayah tersebut.

Hizbullah yang didukung Iran pada awalnya tampak terkejut dengan serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, sekutu regionalnya, namun mulai menembakkan roket ke Israel utara pada hari berikutnya.

Sejak saat itu, Hizbullah dan Israel hampir setiap hari saling melancarkan serangan lintas batas dan meningkat secara bertahap.

Israel juga melakukan pembunuhan yang ditargetkan terhadap tokoh Hizbullah dan Hamas di Lebanon.

Puluhan ribu orang telah mengungsi di kedua sisi.

Tidak ada prospek bagi mereka untuk kembali dalam waktu dekat.

Tentara Israel mengatakan pihaknya telah menyetujui dan memvalidasi rencana serangan di Lebanon.


Meskipun keputusan untuk melancarkan operasi semacam itu harus datang dari kepemimpinan politik negara tersebut.


Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, pertempuran sengit dilaporkan terjadi di daerah Shujayea di Gaza sementara PBB mengatakan jumlah orang yang mengungsi di wilayah yang terkepung dan dibombardir itu kini telah mencapai 1,9 juta.

Ratusan pasien Palestina yang terpaksa meninggalkan Rumah Sakit Eropa dan kamp tenda bagi para pengungsi di Khan Younis telah kosong ketika tentara Israel memerintahkan evakuasi segera wilayah timur kota terbesar kedua di Gaza.

Perintah evakuasi massal terbaru muncul ketika tank-tank Israel dan pertempuran sengit menjebak warga sipil Palestina di Rafah, di selatan Jalur Gaza, dan lingkungan Shujayea di utara Kota Gaza.

Pasukan Israel menewaskan empat warga Palestina selama serangan terhadap kamp pengungsi Nur Shams di kota Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki.

Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 31 warga Palestina pada hari Selasa, termasuk sembilan anggota keluarga yang mengungsi.

Setidaknya 37.925 orang tewas dan 87.141 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas diperkirakan mencapai 1.139 dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza

Sumber: Tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita