Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Hubungan dengan Rusia dan China Semakin Kuat?

Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Hubungan dengan Rusia dan China Semakin Kuat?

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Hubungan dengan Rusia dan China Semakin Kuat?

GELORA.CO -
Setelah menjalani pemilihan dalam dua putaran, Masoud Pezeshkian terpilih jadi Presiden Iran mengantikan Ebrahim Raisi tangtewas dalam sebuah kecelakaan helikopter 19 Mei lalu.

Terpilihnya Masoud Pezeshkian menjadi Presiden Iran juga digadang-gadang akan memperkuat hubungan dengan Rusia dan china semakin kuat.

Hal ini dikarenakan Masoud Pezeshkian merupakan salah satu pendukung kuat dalam hubungan antara Iran dengan Rusia dan China.

Bahkan Vladimir Putin dan Xi Jinping disebut merupakan pimpinan negara yang lagsung memeberikan ucapan selamat atas terpilihnya Masoud Pezeshkian.

Akan tetapi hingga saat ini pihak Amerika dan beberapa negara Eropa masih belum menyampaikan ucapan selamat pada Presiden terpilih Iran ini.

Dalam pidato pertamanya, Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa dirinya berjanji untuk melayani seluruh rakyat Iran.

Pada hari Sabtu 6 Juli lalu, Pezeshkian mengatakan bahwa dirinya akan membuka babak baru bagi negara tersebut.

“Kita sedang menghadapi ujian besar, ujian kesulitan dan tantangan, hanya untuk memberikan kehidupan yang sejahtera bagi rakyat kita,” katanya saat memberikan sambutan singkat di makam mendiang Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Pezeshkian juga memuji tingginya jumlah pemilih dalam pemilu hari Jumat, berjanji untuk mendengarkan suara rakyat Iran dan memenuhi semua janji yang dibuatnya.

Presiden baru Iran tersebut memperoleh hampir 16.4 juta dari lebih dari 30 juta suara yang diberikan, mengungguli Jalili yang memperoleh sekitar 13,5 juta, menurut penghitungan resmi.

Partisipasi dalam pemilihan putaran kedua adalah 49,8 persen dan Pezeshkian satu-satunya kandidat moderat dari empat kandidat yang berjanji untuk membuka Iran kepada dunia.

Pada pemilu pekan lalu, Pezeshkian memperoleh sekitar 42,5 persen suara dan Jalili sekitar 38,7 persen.

Meskipun telah terpilih, namun dikabarkan sekitar 50 persen warga Iran tidak memilih karena beberapa orang tidak yakin bahwa pemilu akan membawa perubahan, baik yang manang dari dari pihak konservatif atau reformis.

Pezeshkian diperkirakan akan menjalankan tugasnya dalam waktu 30 hari, karena saat ini dirinya masih menjadi anggota parlemen dari Tabriz.

Presiden terpilih kesembilan di negara itu selanjutnya harus secara resmi disahkan dalam sebuah upacara oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei dan setelah itu ia akan dilantik di Parlemen.

Pezeshkian berulang kali memuji Khamenei dalam pidatonya dan mengatakan bahwa sebenarnya dirinya bukanlah seorang Presiden untuk kaum reformis saja, namun juga untuk setiap orang Iran yang tidak memilihnya.

Hal tersebut sangat penting, karena Iran secara sosial merupakan negara yang terpecah belah saat ini dan kerapuhan tersebut menjadi perhatian besar bagi para pemimpin politik.

Para pengamat mengatakan bahwa Pezeshkian mungkin akan mendorong terciptanya kebijakan luar negeri yang pragmatis.

Kedua kandidat presiden telah berjanji untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu, yang dilanda salah urus dan penerapan kembali sanksi sejak tahun 2018 setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak membatalkan perjanjian nuklir.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita