GELORA.CO - Pada Sabtu (13/7), serangan Israel menghantam sebuah masjid darurat di kamp pengungsi Shati, Gaza. Sebelumnya warga sedang berkumpul untuk salat zuhur, lalu serangan udara itu menewaskan 22 orang. Hal itu disampaikan seorang pejabat rumah sakit yang merawat para korban.
Aksi itu terpisah dari serangan udara membabi buta Israel terhadap kamp pengungsi al-Mawasi yang membunuh 90 orang dan melukai 300 lainnya.
Dikutip dari CNN, kepala ruang gawat darurat Rumah Sakit Al-Ahli, Amjad Elewa, mengatakan 20 orang tewas dalam serangan di masjid lapangan di kamp Al Shati dan dua pria lainnya meninggal pada Minggu (14/7).
Menurut juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmoud Basal, pemboman itu terjadi di tengah salat Zuhur.
Dia menambahkan, semua cedera merupakan kasus serius dan memerlukan operasi amputasi.
Video usai serangan tersebut menunjukkan mayat-mayat tergeletak di atas tikar yang diletakkan untuk sembahyang. Beberapa korban tewas dan terluka terlihat kehilangan anggota tubuh.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB juga mengomentari insiden tersebut dalam laporan hariannya pada Sabtu.
“Sekitar jam 13.00, IDF dilaporkan menyerang sebuah masjid darurat di dalam Kamp Pengungsi Ash Al Shati, sebelah barat Kota Gaza. Laporan menunjukkan bahwa karena IDF menyerang tak lama setelah salat Zuhur, banyak orang masih berada di dalam atau di dekat masjid,” ungkap UN OHCHR, seperti dikutip dari CNN.
“IDF belum memberikan komentar apa pun mengenai insiden tersebut sejauh ini. Tidak ada laporan mengenai peringatan sebelumnya mengenai salah satu serangan tersebut,” tambah pernyataan itu, mengacu pada serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Gaza selatan.
Di hari yang sama, setidaknya 90 orang tewas dan 300 lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Mawasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan di al-Mawasi belum bisa dikatakan mencapai tujuan. Aksi itu menargetkan komandan militer Hamas, Mohammed Deif.
Wakil ketua Hamas di Jalur Gaza, Khalil al-Hayya, mengatakan klaim Netanyahu untuk menargetkan Deif adalah salah dan bertujuan untuk mencapai “kemenangan palsu”.
Indonesia, Turki, Qatar, UEA, hingga Arab Saudi, mengutuk serangan mematikan tersebut dan memperbarui seruan gencatan senjata.
Sumber: kumparan