Belanja Perang Capai Rp 356 Triliun, Defisit Israel Melonjak, dan Utang Mengancam

Belanja Perang Capai Rp 356 Triliun, Defisit Israel Melonjak, dan Utang Mengancam

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Belanja Perang Capai Rp 356 Triliun, Defisit Israel Melonjak, dan Utang Mengancam

GELORA.CO -
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para pejabat senior ekonomi menggelar pertemuan tingkat tinggi pertama  mengenai anggaran negara 2025 pada Senin. Anggaran tersebut upayakan untuk disetujui oleh parlemen pada akhir tahun 2024.

Gubernur Bank of Israel Amir Yaron, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, direktur jenderal kementerian keuangan dan penasihat ekonomi Netanyahu berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Demikian menurut pernyataan bersama yang tidak memberikan rincian diskusi tersebut.

Setelah penurunan peringkat kredit oleh S&P dan Moody's, Smotrich berada di bawah tekanan untuk mempertahankan tanggung jawab fiskal pada saat defisit anggaran membengkak. Defisit anggaran melebar jauh akibat perang melawan pejuang Hamas Palestina, yang kini memasuki bulan ke-10.

Pengeluaran untuk perang telah mencapai 80 miliar shekel atau sekitar Rp 356 triliun ($22 miliar) dan investor sedang mengamati apakah Smotrich memiliki kemauan politik dalam koalisi partai sayap kanan dan agama untuk melakukan penyesuaian fiskal yang besar.

Seperti diketahui anggaran tahun 2024 yang disetujui sebelum perang telah diubah untuk memasukkan belanja tambahan sekaligus menaikkan target defisit anggaran menjadi 6,6% PDB tahun ini dari rencana 2,25%. Hanya saja sampai  Juni  defisit  telah mencapai 7,6% PDB.

“Merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, bahkan jika beberapa di antaranya mungkin tidak populer, untuk menjamin stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” kata Yaron pekan lalu setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tetap stabil.

Menurutnya, jika pemerintah Israel hanya melaksanakan sebagian penyesuaian fiskal yang diperlukan, atau menunda persetujuan anggaran hingga tahun 2025, maka hal ini dapat menyebabkan peningkatan tambahan dalam premi risiko Israel.

"Ini merupakan hasil dari formulasi persepsi pasar bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto dalam arah tak terkendali," ujarnya.

Sekadar catatan, Israel menarik utang sebesar 160 miliar shekel pada tahun 2023. Setengah dari jumlah tersebut, yaitu 81 miliar shekel, baru didapat sejak pecahnya perang pada bulan Oktober. Jumlah itu meningkat dibanding 2022 sebesar 63 miliar shekel.

Sumebr: republika
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita