GELORA.CO - Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Human Flourishing Program di Harvard University menyebut bahwa alien kemungkinan telah hidup di Bumi dalam waktu yang terbatas.
Makalah yang belum ditinjau oleh rekan sejawat itu menyebut bentuk kehidupan dari dunia lain bisa jadi telah ada di bawah tanah Bumi atau di dalam Bulan, dan UFO atau unidentified anomalous phenomena (UAP) mungkin menjadi salah satu bukti keberadaan mereka.
UAP adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda terbang atau objek apa pun yang tidak bisa diidentifikasi oleh pengamat dan tetap tidak teridentifikasi walaupun telah diselidiki. Para penulis makalah ini mengartikan 'anomali' dalam UAP tidak melulu terkait dengan udara, tetapi juga di bawah air.
UAP telah dilaporkan dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk bola, cakram, segitiga, hingga pesawat besar. Banyak dari penampakan UAP menunjukkan pergerakan yang tidak lazim, mereka melakukan manuver dengan menentang hukum aerodinamika, seperti perubahan arah secara tiba-tiba, kecepatan tinggi, dan kemampuan melayang tanpa sistem propulsi yang jelas.
Seorang veteran angkatan udara AS berusia 36 tahun bernama David Grusch pernah bikin gaduh media sosial, karena membongkar program rahasia militer AS. Dia menyebut militer AS telah menemukan puing-puing pesawat udara tak dikenal yang masih utuh, dengan beberapa di antaranya berisi pilot non-manusia yang sudah tewas.
Laporan dari Director of National Intelligence keluaran 2023 menemukan terdapat 510 penampakan UAP pada 2022, lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya (366 penampakan UAP). Dari jumlah tersebut, 171 penampakan dianggap sebagai objek terbang tak biasa, dan memerlukan analisis lebih lanjut.
“Hipotesis untuk fenomena semacam itu cenderung terbagi dalam dua kelompok: Penjelasan konvensional tentang Bumi (misalnya, teknologi buatan manusia), atau penjelasan tentang makhluk luar angkasa (misalnya, peradaban maju dari kosmos lain),” tulis para peneliti, sebagaimana dikutip Newsweek.
“Namun ada juga hipotesis kelompok minoritas ketiga: penjelasan terestrial yang tidak umum, di luar pandangan konsensus yang berlaku tentang alam semesta. Ini adalah hipotesis ultraterrestrial yang mencakup subset dari hipotesis cryptoterrestrial, yakni gagasan bahwa UAP kemungkinan mencerminkan aktivitas makhluk cerdas yang bersembunyi di Bumi (misalnya, di bawah tanah) dan lingkungan sekitarnya (misalnya, Bulan) atau bahkan hidup di antara kita (menyamar sebagai manusia).”
Dalam makalah, para peneliti membahas empat teori tentang bagaimana alien bisa hidup berdampingan dengan manusia. Teori pertama –teori manusia cryptoterrestrials– menyebut bahwa mungkin ada peradaban manusia purba yang jauh lebih maju secara teknologi daripada peradaban kita saat ini. Peradaban purba itu entah bagaimana caranya bisa bertahan sampai sekarang secara rahasia.
Teori kedua menyebut, mungkin ada peradaban non-manusia berteknologi maju yang berevolusi di Bumi secara rahasia, diciptakan oleh hominid mirip kera atau dinosaurus cerdas yang tak diketahui. Teori ketiga mengatakan bahwa ada alien atau manusia dari masa depan yang juga hidup secara rahasia di Bumi.
Sementara itu, teori keempat menyebut kemungkinan ada makhluk kriptoterrestrial magis mirip malaikat yang hidup di Bumi, dengan peneliti menyamakan makhluk ini dengan peri, elf, atau nimfa. Kendati begitu, teori terakhir ini memiliki kelemahan karena dianggap sebagai teori aneh yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, terutama bagi mereka yang dididik berpikir rasional.
“Meski kepercayaan pada makhluk luar angkasa masih dianggap logis, kepercayaan pada peri bukanlah pilihan bagi banyak ilmuwan,” tulis para peneliti. “Meski gagasan ini mungkin akan dianggap skeptis oleh sebagian besar ilmuwan, kami berpendapat gagasan ini tidak boleh diabaikan begitu saja, dan sebaliknya layak dipertimbangkan dengan pikiran terbuka.”
Sejauh ini, mayoritas ahli memang tidak percaya UFO atau UAP adalah bukti adanya aktivitas luar Bumi.
“Saya pikir pertemuan ini menangkap imajinasi orang yang berbeda-beda,” ujar Joshua Semeter, seorang profesor teknik elektro dan komputer sekaligus direktur Center for Space Physics di Boston University.
“Sebagai seorang teknolog, spekulasi saya adalah bahwa beberapa bentuk teknologi canggih mungkin berperan. Namun saya tetap yakin bahwa itu hanyalah teknologi manusia.
Mungkin akan ada teknologi di masa depan yang dapat menjelaskan objek asing yang terbang dengan karakteristik aneh tersebut.”
Bagi Semeter, menyandingkan UAP dengan alien adalah pemikiran yang terlalu jauh. Kendati begitu, menurutnya kita harus tetap berpikir terbuka untuk bisa memecahkan misteri yang belum terungkap ini.
Sumber: kumparan