Kejahatan terhadap Muslim Meningkat, Wanita AS Coba Tenggelamkan Anak Palestina di Kolam

Kejahatan terhadap Muslim Meningkat, Wanita AS Coba Tenggelamkan Anak Palestina di Kolam

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kejahatan terhadap Muslim Meningkat, Wanita Texas Coba Tenggelamkan Anak Palestina di Kolam

GELORA.CO -
Seorang perempuan di Texas, Amerika Serikat mencoba menenggelamkan anak Palestina berusia 3 tahun di kolam renang. Kejahatan rasial terutama terhadap warga Muslim meningkat seiring dengan serangan pasukan Israel terhadap warga Gaza. 

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) telah meminta polisi  melakukan penyelidikan kejahatan rasial atas serangan terhadap sebuah keluarga Muslim itu. Serangan tersebut terjadi di kolam renang lokal di Euless, Texas, pada 19 Mei, dilakukan oleh Elizabeth Wolf dengan menyerang seorang ibu dan dua anaknya setelah mendengar mereka berbicara bahasa asing. 

Setelah menanyai ibunya, Wolf kemudian berusaha menyeret anak-anak berusia 6 tahun dan 3 tahun tersebut ke dalam kolam tempat mereka berenang. Untungnya anak yang berusia 6 tahun berhasil melarikan diri.

Selain menyeret anak-anak tersebut ke dalam kolam, penyerang juga merampas hijab ibu mereka dan memukulinya sambil mencoba memasukkan kepala anak berusia tiga tahun itu ke dalam air.

Setelah ada intervensi dari masyarakat dan ditangkap oleh polisi, wanita tersebut berteriak kepada orang yang ada di sekitarnya "beri tahu dia [ibunya] bahwa saya akan membunuhnya, dan saya akan membunuh seluruh keluarganya."

Dalam sebuah pernyataan, ibu dari anak-anak tersebut mengatakan: "Kami adalah warga negara Amerika, berasal dari Palestina, dan saya tidak tahu ke mana harus pergi agar merasa aman bersama anak-anak saya. Negara saya sedang menghadapi perang, dan kami menghadapi kebencian di sini.” 

“Putri saya trauma; setiap kali saya membuka pintu apartemen, dia lari dan bersembunyi, mengatakan kepada saya bahwa dia takut wanita itu akan datang dan membenamkan kepalanya ke dalam air lagi.” Selain itu, pekerjaan suaminya juga terancam karena harus meninggalkan pekerjaan untuk menemani ia dan keempat anaknya ke manapun mereka pergi.

Manajer Operasi CAIR-Austin Shaimaa Zayan mengatakan bahwa dia khawatir akan terjadi tingkat kefanatikan baru di AS dan menambahkan bahwa dia terpukul karena pelaku hanya diberikan jaminan sehari setelah penangkapannya. “Kami meminta penyelidikan kejahatan kebencian, jaminan yang lebih tinggi, dan pembicaraan terbuka dengan para pejabat untuk mengatasi peningkatan sentimen Islamofobia, anti-Arab, dan anti-Palestina yang mengkhawatirkan ini,” tambahnya.

Pernyataan dari CAIR muncul di tengah meningkatnya insiden terkait kejahatan kebencian. CAIR mengatakan bahwa dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, terdapat 3.578 pengaduan yang diajukan kepada kelompok hak-hak sipil Muslim mengenai kejahatan kebencian, diskriminasi pekerjaan dan pendidikan. Jumlah tersebut 178 persen lebih tinggi dibandingkan tiga bulan terakhir tahun 2022.

Selain itu, data dari Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme di California State University juga menunjukkan peningkatan insiden kejahatan rasial yang didorong oleh peningkatan serangan anti-Yahudi dan anti-Muslim pasca pecahnya perang Israel di Gaza.

Analisis terhadap 25 kota di Amerika menunjukkan bahwa kejahatan rasial meningkat rata-rata 17 persen, meskipun beberapa kota mengalami peningkatan yang lebih besar. Termasuk Los Angeles yang mengalami peningkatan sebesar 48 persen dalam kejahatan rasial anti-Yahudi. Sementara Chicago yang mengalami peningkatan sebesar 300 persen dalam kejahatan rasial, kebencian kepada umat Islam.

Sejumlah insiden kejahatan rasial yang menonjol pasca 7 Oktober, termasuk insiden penembakan tiga mahasiswa keturunan Palestina di Vermont pada bulan November.

Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita