GELORA.CO - Media sosial twitter diramaikan kabar adanya meteor yang melintas jatuh di Depok Jawa Barat.
Bahkan, beberapa pengguna media sosial menyebutkan meteor itu juga melintas di kawasan Cileungsi, hingga Karawang Jawa Barat.
Menurut kabar, lintasan meteor jatuh itu terjadi semalam atau Minggu 23 Juni malam.
Menanggapi kabar tersebut, Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Jamaluddin mengatakan cahaya yang disaksikan warga tersebut tampaknya merupakan meteor sporadis yang melintas.
Meski demikian, dia mengatakan belum jelas dimana titik jatuhnya meteor tersebut.
Thomas juga menekankan jika ini tidak terkait dengan hujan meteor.
Seperti diketahui, pada Juni 2024 ini disebutkan akan terjadi hujan meteor bootids. Dilansir dari inthesky.org, hujan meteor June Bootid akan aktif pada tanggal 22 Juni hingga 2 Juli, dimana puncaknya terjadi pada tanggal 27 Juni.
Selama periode ini, terdapat peluang untuk melihat meteor June Bootid setiap kali titik pancaran hujan di konstelasi Bootes, yang berada di atas cakrawala, dengan jumlah meteor yang terlihat semakin meningkat seiring semakin tinggi titik pancaran di langit.
Hujan meteor itu diperkirakan akan mencapai puncak aktivitas sekitar pukul 12:00 WIB pada tanggal 27 Juni 2024, sehingga tampilan terbaik dapat terlihat sebelum matahari terbenam pada tanggal 27 Juni dan setelah senja pada tanggal 27 Juni.
Hujan meteor tersebut kemungkinan besar akan menghasilkan tampilan terbaiknya pada sekitar pukul 20.00 WIB, saat titik pancarannya paling tinggi di langit.
Thomas juga menegaskan BRIN tidak akan melakukan penelitian lebih lanjut, karena itu merupakan fenomena yang biasa terjadi.
"Kami tidak akan menelitinya, karena itu fenomena biasa yang sering terjadi," ujarnya pada Bisnis.
Peristiwa meteor diduga jatuh di Indonesia
Rumor mengenai meteor jatuh di Indonesia bukan terjadi kali ini saja.
Tahun lalu, juga sempat adanya meteor jatuh dan melintas di Depok dan Yogyakarta.
Dalam pemberitaan Bisnis (15/09/2023), Peneliti BRIN Thomas Djamaluddin menyimpulkan bahwa hal tersebut benar merupakan meteor terang.
"Merangkai berbagai laporan yang ada, bisa disimpulkan bahwa itu meteor terang," katanya.
Dari laporan tersebut, dia mengungkap bahwa kejadian di Bandung tertangkap kamera CCTV pada pukul 22.55 WIB.
Dia memperkirakan kala itu meteor jatuh di wilayah laut karena tidak ada laporan jatuh di darat. Kemungkinan besar, meteor tersebut jatuh di Samudera Hindia.
Sementara itu, ledakan meteor yang cukup besar di tanah air terjadi pada tahun 2009 silam.
Mengutip Antara, pada Kamis, 8 Oktober, warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dikejutkan dengan adanya suara ledakan di mana sejumlah saksi mata sempat melihat benda memancarkan api dan asap di udara.
Pakar astronomi mengungkapkan bahwa ledakan besar yang terjadi di perairan Teluk Bone pada 8 Oktober 2009 lalu adalah akibat jatuhnya meteorit yang berasal dari asteroid berdiameter sekitar 10 meter ke bumi.
"Ledakan terjadi karena tekanan atmosfer menyebabkan pelepasan energi yang cukup besar, di mana kecepatan jatuh meteorit tersebut sekitar 20,3 km per detik atau 73.080 km per jam," kata Thomas Djamaluddin.
Sistem pemantau internasional untuk larangan percobaan nuklir dari 11 stasiun, ujarnya, melaporkan telah mendeteksi adanya ledakan besar yang berpusat di sekitar lintang 4,5 LS dan bujur 120 BT, sekitar pukul 11:00 WITA pada 8 Oktober.
Analisis ledakan menunjukkan bahwa kekuatan ledakan sekitar 50 kiloton TNT (Trinitrotoluena), sinyal ledakan tersebut juga mencapai stratosfer yang tingginya lebih dari 20 km.
Kebanyakan meteor yang jatuh tidak menyebabkan kerusakan di bumi kecuali diameternya mencapai lebih dari 25 meter.
Dikatakan Djamal, berdasarkan perkiraan sebaran meteoroid-asteroid di antariksa dekat bumi, objek seperti itu punya kemungkinan jatuh di bumi setiap 2 sampai 12 tahun.
Sumber: bisnis